Type Here to Get Search Results !

ROH PARA SYUHADA


Oleh: Honriani Nst

Setiap yang bernyawa pasti mengalami kematian, begitulah salah satu ketetapan Allah ﷻ. Hal ini dinyatakan Allah ﷻ dalam Al-Qur’an dan juga bisa kita lihat realitasnya, tak ada makhluk hidup yang tak mengalami kematian. Semua akan mati jika tiba masanya, ajal yang telah ditetapkan Allah ﷻ kepada masing-masing makhluk-Nya. Hanya saja ada manusia yang mati dalam keadaan lagi bermaksiat dan ada juga manusia yang mati dalam keadaan sedang menaati-Nya. Biasanya hal ini tergantung dari kebiasaannya.

Jika seseorang terbiasa bermaksiat dan tidak pernah bertaubat, maka dia pun mengalami kematian saat sedang bermaksiat. Begitulah yang terjadi pada seseorang yang meninggal dunia saat lagi berzina dengan PSK di tempat mesum. Ini adalah akhir kehidupan yang buruk, naudzubillahi min dzalik. Oleh karena itu sebelum anda melakukan suatu perbuatan ingatlah bahwa bisa saja kematian akan menemuimu saat melakukan suatu perbuatan. Karena itu orang bijak sering memberi nasehat untuk selalu mengingat kematian agar seseorang tidak mau melangkah ke tempat-tempat maksiat. Jika seseorang mengingat kematian itu bisa datang kapan saja maka dia takkan mau melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah ﷻ.

Orang yang selalu mengingat kematian akan selalu berusaha menaati setiap perintah Allah ﷻ. Orang tersebut akan selalu memastikan setiap perbuatannya sesuai dengan aturan Allah ﷻ. Oleh karena itu dia pun akan terus belajar tentang aturan Allah ﷻ dalam menjalani kehidupan ini. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya ‘Ihya Ulumuddin’ menjelaskan bahwa wajib bagi seseorang untuk mengetahui ilmu tentang suatu perbuatan yang akan dikerjakannya. Contoh sederhana, jika seseorang ingin menjadi pemimpin suatu negara, maka dia harus mempelajari tentang aturan Islam dalam pemerintahan, seperti bagaimana Rasulullah ﷺ memimpin Madinah.

Begitu juga halnya, seorang kepala negara dalam melakukan hubungan dengan negara kafir dia akan mempelajari bagaimana Rasulullah ﷺ melakukan hubungan dengan negara kafir saat Rasulullah ﷺ memimpin negara Islam Madinah. Sikap Rasulullah ﷺ terhadap negara kafir harbi fi’lan sangat jelas yaitu jihad. Rasulullah ﷺ saat itu selalu menyerukan jihad kepada kaum muslimin. Seruan jihad itu pun selalu disambut gembira oleh kaum muslimin karena kaum muslimin sangat menyadari balasan dari Allah ﷻ kepada para syuhada.

Salah satu balasannya adalah mereka akan masuk syurga-Nya tanpa hisab. Bahkan sebelum tiba hari pembalasan, ruh mereka sudah melihat keindahan syurga. begitulah yang disampaikan Allah ﷻ melalui ayat cinta-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 154 berikut:

وَلا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ (154)
Dan janganlah kalian mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kalian tidak menyadarinya.

Melalui ayat ini Allah ﷻ memberitahukan bahwa orang-orang yang mati syahid di alam barzahnya dalam keadaan hidup, mereka diberi rezeki oleh Allah, seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih Muslim,

"إِنَّ أَرْوَاحَ الشُّهَدَاءِ فِي حَوَاصِلِ طَيْرٍ خُضْرٍ تَسْرَحُ فِي الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ ثُمَّ تَأْوِي إِلَى قَنَادِيلَ مُعَلَّقة تَحْتَ الْعَرْشِ، فاطَّلع عَلَيْهِمْ رَبُّكَ اطِّلاعَة، فَقَالَ: مَاذَا تَبْغُونَ؟ فَقَالُوا: يَا رَبَّنَا، وَأَيُّ شَيْءٍ نَبْغِي، وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ؟ ثُمَّ عَادَ إِلَيْهِمْ بِمِثْلِ هَذَا، فَلَمَّا رَأَوْا أَنَّهُمْ لَا يُتْرَكُون مِنْ أَنْ يَسْأَلُوا، قَالُوا: نُرِيدُ أَنْ تَرُدَّنَا إِلَى الدَّارِ الدُّنْيَا، فَنُقَاتِلَ فِي سَبِيلِكَ، حَتَّى نُقْتَلَ فِيكَ مَرَّةً أُخْرَى؛ لِمَا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ الشَّهَادَةِ -فَيَقُولُ الرَّبُّ جَلَّ جَلَالُهُ: إِنِّي كتبتُ أنَّهم إِلَيْهَا لَا يَرْجِعُونَ"
bahwa arwah para syuhada itu berada di dalam perut burung-burung hijau yang terbang di dalam surga ke mana saja yang mereka kehendaki. Kemudian burung-burung itu hinggap di lentera-lentera yang bergantung di bawah 'Arasy. Kemudian Tuhanmu menjenguk mereka, dalam sekali jengukanNya Dia berfirman, "Apakah yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, apa lagi yang kami inginkan, sedangkan Engkau telah memberi kami segala sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun di antara makhlukMu?" Kemudian Allah mengulangi hal itu terhadap mereka. Manakala mereka didesak terus dan tidak ada jalan lain kecuali mengemukakan permintaannya, akhirnya mereka berkata, "Kami menginginkan agar Engkau mengembalikan kami ke dalam kehidupan di dunia, lalu kami akan berperang lagi di jalanMu hingga kami gugur lagi karena membela Engkau," mengingat mereka telah merasakan pahala dari mati syahid yang tak terperikan itu. Maka Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku telah memastikan bahwa mereka tidak dapat kembali lagi ke dunia (sesudah mereka mati)."

Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

عَنِ الْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ، عَنِ الْإِمَامِ مَالِكٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "نَسَمَةُ الْمُؤْمِنِ طَائِرٌ تَعْلَقُ فِي شَجَرِ الْجَنَّةِ، حَتَّى يُرْجِعَهُ اللَّهُ إِلَى جَسَدِهِ يَوْمَ يَبْعَثُهُ"
dari Imam Syafii, dari Imam Malik, dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Ka'b ib'nu Malik, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Roh orang mukmin itu merupakan burung yang hinggap di pepohonan surga, hingga Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari dia dibangkitkan.

Di dalam hadis ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa hal tersebut menyangkut semua orang mukmin lainnya, hanya saja arwah para syuhada secara khusus disebutkan di dalam Al-Qur'an sebagai penghormatan buat mereka dan memuliakan serta mengagungkan derajat mereka.

Sebagai penutup, melihat balasan Allah kepada para syuhada, tidakkah kita ingin menjadi syuhada? Perlu disadari bahwa seruan jihad oleh kepala negara itu hanya ada dalam negara yang menerapkan Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah Islamiyyah ala minhajin nubuwwah. Seruan jihad tidak akan muncul dari para pemimpin negara yang menerapkan sistem demokrasi, karena demokrasi pada hakekatnya selalu membela kepentingan orang-orang kafir bukan membela kepentingan orang-orang yang beriman.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.