Type Here to Get Search Results !

TINGGALKAN AJAKAN SETAN


Oleh: Honriani Nst

Keimanan seseorang ditunjukkan dengan ketundukannya kepada aturan Allah ﷻ jika Allah ﷻ memerintahkan suatu perkara maka seorang mukmin akan langsung menaatinya segera walaupun perkara tersebut bukan perkara yang disukainya. Begitu juga halnya saat Allah ﷻ melarang suatu perkara maka seorang mukmin akan segera meninggalkan perkara tersebut walaupun perkara itu merupakan hal yang disukainya selama ini. Begitulah sikap orang-orang yang beriman kepada Allah ﷻ, hal ini sudah ditunjukkan para sahabat Nabi ﷺ Saat Allah ﷻ memerintahkan mereka melalui Nabi ﷺ untuk memerangi orang kafir, maka mereka pun segera terjun ke medan peperangan, walaupun mereka masih baru menyelesaikan akad nikah, seperti yang dilakukan sahabat Nabi ﷺ, Hanzalah bin Abu Amir.

Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuryi mengisahkan dalam kitabnya Ar Rahiqul Makhtum tentang Hanzalah bin Amir. Saat mendengar gemuruh pertempuran, yang saat itu Hanzalah masih berada dalam pelukan istri yang baru dinikahinya, maka dia segera melepaskan pelukan istrinya dan langsung beranjak untuk berjihad. Saat sudah terjun ke kancah pertempuran berhadapan dengan pasukan musyrikin, dia menyibak barisan hingga dapat berhadapan langsung dengan komandan pasukan musuh, Abu Sufyan bin Harb. Pada saat itu dia sudah dapat menundukkan Abu Sufyan, namun hal itu diketahui oleh Syaddad bin Al-Aswad yang kemudian menikamnya hingga meninggal dunia sebagai syahid. Rasulullah shallallahu ’alaihi wassalam mengabarkan kepada para shahabatnya bahwa malaikat sedang memandikan jasadnya. Hal itu terjadi karena keadaan Hanzalah sedang junub saat berangkat perang. Dari kejadian ini Hanzhalah mendapatkan julukan Ghasilul Malaikat (Orang yang dimandikan malaikat).

Begitu juga keadaan sahabat ketika menghadapi perkara yang dilarang Allah ﷻ, mereka segera meninggalkannya walaupun sebelumnya perkara tersebut merupakan perkara yang sangat mereka senangi. Misal sikap sahabat Nabi ﷺ yang bernama Anas saat turun ayat pelarangan meminum khamar. Saat itu, Anas sedang menuangkan khamar untuk Abu Thalhah dan beberapa orang lainnya. Lalu ada seseorang datang dan menyampaikan informasi kepada Anas dan orang-orang didekatnya. Orang tersebut menyampaikan bahwa khamar telah diharamkan. Sontak saat itu juga para sahabat Rasulullah itu pun membuang semua khamar yang akan mereka minum. Mereka mematuhi perintah untuk meninggalkan meminum khamar dengan mudahnya tanpa pernah bertanya jauh tentang mengapa mereka harus meninggalkan khamar. Sejak saat itu mereka pun tidak pernah minum khamar. Meskipun diketahui salah satu kemaslahatan dari meninggalkan khamar adalah menghindarkan diri dari penyakit. Sebagaimana ketika Rasulullah melarang dan membenci perbuatan Thariq bin Suwaid yang membuat khamar. Namun Thariq mengatakan bahwa dirinya membuat khamar untuk obat. Tetapi Rasulullah menjelaskan bahwa khamar itu bukan obat melainkan adalah penyakit.

Begitulah semestinya sikap seorang mukmin. Hal itu mereka lakukan bukan karena mengetaui ada manfaat dalam setiap perintah Allah ﷻ dan bukan juga karena mengetahui ada bahaya dalam setiap larangan Allah ﷻ. Mereka taat kepada aturan Alah ﷻ semata-mata karena memahami bahwa tugas seorang mukmin adalah taat kepada Allah dan tidak akan mengikuti langkah-langkah setan sebagaimana tuntunan dalam kitab suci mereka Al-Qur’an. Namun mirisnya, saat ini ada sekelompok ulama (baca: ulama suu’) yang menyerukan umat Islam untuk mengikuti piagam PBB dan menolak Khilafah Islamiyyah. Padahal piagam PBB itu dirancang oleh orang-orang kafir yang mendesign keruntuhan Khilafah Utsmaniyyah, sedangkan Khilafah Islamiyyah adalah sistem pemerintahan yang diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ.

Tidak sedikit ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan orang-orang yang beriman untuk menaati Allah ﷻ dan meninggalkan langkah-langkah setan, salah satunya adalah surat Al’Araf 27 berikut:

يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنزعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ (27)
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kalian dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian dari surga; ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (TQS. Al-A'raf: 27)

Pada ayat ini Allah ﷻ memperingatkan anak Adam agar bersikap waspada terhadap iblis dan teman-temannya, seraya menjelaskan kepada mereka (anak Adam) bahwa iblis itu adalah musuh bebuyutan bapak seluruh umat manusia, yaitu Nabi Adam a.s. Iblis telah berupaya mengeluarkan Adam dari surga yang merupakan darunna'im (rumah kenikmatan), hingga akhirnya Adam dikeluarkan darinya sampai di darut tu'ab (rumah kepayahan dan penuh penderitaan). Dan iblislah penyebab utama yang membuat auratnya terbuka, padahal sebelumnya selalu dalam keadaan tertutup, sehingga dia sendiri tidak dapat melihatnya. Hal tersebut tiada lain terjadi karena terdorong oleh permusuhan yang sengit dalam diri iblis terhadap Adam.

Sebagai penutup, mari berfikir jernih, kebaikan apa yang diperoleh umat Islam dari ketundukan pemimpin mereka kepada piagam PBB. Adakah keadaan umat Islam makin baik, atau malah keadaan umat Islam makin buruk? Bukankah saat ini riba merajalela, zina marak, kriminalitas meningkat tajam, kemiskinan rakyat pun makin parah, nyawa umat Islam tidak lagi berharga? Sudah saatnya, umat Islam meninggalkan segala kebijakan PBB dan beralih kepada Al-Qur’an sebagai penuntun dalam kehidupan bernegara, hidup dalam sistem Khilafah Islamiyyah ala minhajin nubuwwah.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.