Type Here to Get Search Results !

MENYERU KEBAIKAN TANPA ALPA MEMPERBAIKI DIRI


Oleh: Desi

Allah ﷻ telah memperingatkan dengan keras, agar jangan menjadi orang-orang yang pintar menyuruh orang lain berbuat kebaikan, tetapi lupa menyuruh berbuat baik pada diri sendiri. Allah berfirman:

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).

Ayat ini turun sebagai teguran bagi orang-orang ahlul kitab, yang hanya suka menyuruh orang lain untuk berbuat baik namun mereka alpa memperbaiki diri sendiri. Meski sebab turunnya ayat ini ditujukan bagi ahlul kitab, tetapi semua manusia bisa mengambil pelajaran dari ayat ini. Apalagi bagi kaum muslim terlebih bagi para pengemban dakwah.

Allah berfirman dalam ayat lain yang jelas ditujukan bagi orang beriman.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (QS. As Shaff: 2).

Peringatan Allah sudah sangat jelas tertuang dalam dua ayat di atas. Hal ini menjadi warning bagi kaum muslimin agar selalu melakukan perbaikan diri atau tarbiyah dzatiyah, secara terus menerus. Dengan usaha yang terus berkelanjutan untuk melakukan perubahan memperbaiki diri, sekaligus menjadi teladan di tengah umat.

Dengan aktif memperdalam tsaqofah Islam, menghadiri kajian-kajian ilmu, dan menerima pembinaan ilmu Islam secara kaffah, secara otomatis ilmu yang diperoleh, akan mengikat setiap diri pada ketaatan kepada Allah. Setelah pemahaman Islam mereka dapatkan, maka akan sadar bahwa pemahaman tersebut harus didakwakan kepada orang lain dan lingkup yang lebih luas lagi.

Menyadari setiap perbuatan ada hisabnya, maka setiap langkah yang diambil penuh dengan kehati-hatian. Selalu mempertimbangkan halal haramnya atau haq dan bathilnya. Hal ini menjadi pelecut bagi para pengemban dakwah, ketika mereka menyampaikan suatu ilmu, berusaha berada pada koridor agama.

Ilmunya tersampaikan namun nasehat itu lebih tajam ditujukan untuk dirinya sendiri. Mereka tidak ingin seperti lilin yang menerangi sementara dirinya habis terbakar. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ.

مثل الذي يعلم الناس الخير وينسى نفسه كمثل السراج يضيء للناس ويحرق نفسه
Perumpamaan orang yang mengajari orang lain kebaikan, tetapi melupakan dirinya sendiri (tidak mengamalkannya), bagaikan lilin yang menerangi manusia sementara dirinya sendiri terbakar.” (HR. Thabrani. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib, no. 131).

Tidak ada perubahan yang terjadi secara tiba-tiba. Seringkali, ia dimulai dari hal kecil dan sederhana. Dengan melakukan perubahan diri, tanpa kita sadari telah mengambil bagian dalam mengubah dunia dan peradaban. Rasulullah pun telah mengingatkan, ibda' binafsik, mulailah segala sesuatu dari dirimu sendiri.

Harapannya hadirnya pengemban dakwah, mampu menjadi dokter umat bagi masyarakat sekitarnya. Membantu mengobati penyakit-penyakit kronis yang menggerogoti sebab terpapar virus sekuler kapitalis dengan obat mujarab yang datang dari wahyu Allah yaitu solusi Islam yang bersumber pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dari usaha memperbaiki diri ini, berimbas pada perbaikan dalam keluarga, masyarakat sekitar, dan tatanan yang lebih tinggi lagi yaitu negara.

Bukankah kita menginginkan perubahan besar pada negri ini?. Memiliki pemimpin yang adil, hidup dalam masyarakat yang baik, dan berada dalam keluarga yang berakhlak mulia. Kita bisa melakukan perubahan itu dengan menjadi pelaku dan pelopor kebaikan.

Maka jangan cukupkan diri dengan ilmu yang sekedarnya saja. Jangan lelah menjadi penggembala ilmu. Bergabunglah dalam jamaah Islam ideologis yang akan membekali setiap pengembannya dengan ilmu Islam secara menyeluruh.

Tak semua orang memiliki harta berlebih untuk berbagi. Tapi setiap orang punya kesempatan memiliki ilmu dan dibagikan. Jangan sampai kita tidak memiliki salahsatunya. Sehingga tidak punya sesuatu yang bermanfaat untuk dibagikan kepada orang lain.

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.