Type Here to Get Search Results !

MENAWARKAN KEBENARAN TANPA PAKSAAN


Oleh: Desi

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256).

Dalam sebuah riwayat (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Sa'id atau Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas), dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut di atas (QS (2) : 256) berkenaan dengan Husyain dari golongan Anshar, suku Bani Salim bin Auf yang mempunyai dua orang anak yang beragama Nasrani, sedangkan dia sendiri seorang Muslim. Ia bertanya kepada Nabi ﷺ : "Bolehkah saya paksa kedua anak itu karena mereka tidak taat kepadaku (tidak mau masuk Islam), karena mereka ingin tetap memeluk agama Nasrani?". Allah menjelaskan jawabannya dengan ayat tersebut di atas. Bahwa tidak ada paksaan dalam Islam. Hal ini menununjukkan bahwa begitu indahnya ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamiin ini.

Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Sebab iman yang dipaksakan berefek pada kemunafikan yang berpeluang menimbulkan keburukan di tengah masyarakat. Kendati demikian dakwah Islam harus terus dilakukan dengan mengajak umat untuk berfikir bahwa Islam adalah jalan keselamatan dunia dan akhirat. Tentunya dengan cara yang santun dan bahasa yang mudah diterima oleh pendengarnya. Islam harus tetap di sebarluaskan ke tengah-tengah masyarakat dengan cara bijaksana tanpa tekanan dan paksaan dalam bentuk apapun sebab keimanan tidak akan tumbuh dari paksaan dan tekanan.

Ajaran Islam begitu gamblang sarat akan kebenaran yang datang dari Sang Khalik. Maka bagi hati yang mau menerima nasehat dan akal yang mau berfikir, secara otomatis tanpa paksaan pun akan bersambut penerimaan dengan ikhlas dan bersedia menjalankan konsekuensi dari keimanan, yaitu berpegang teguh pada tali agama Allah. Namun penerimaan itu tidak sama bagi hati yang tidak bersedia tersentuh hidayah.

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. Ali-Imran: 64).

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk mengajak orang-orang Yahudi dan Nasrani kepada kalimat yang benar, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan kemudian mengajak mereka berpegang teguh kepadanya, tidak menyembah selain Dia, dan tidak saling mentaati dalam menyembah selain-Nya. Jika mereka berpaling dari apa yang kau seru ini maka katakanlah kepada mereka: “saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri dan taat kepada Allah.

لَيْسُوا سَوَاءً ۗ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). (QS. Ali-Imran: 113).

Ayat ini turun berkenaan dengan para pendeta Ahlul kitab yang beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ Setelah Allah ﷻ menjelaskan perlunya mengajak Ahlul kitab kepada tauhid, maka sebagian mereka menerima ajakan itu dan sebagian yang lain menolaknya.

Menyeru pada jalan tauhid sudah menjadi tugas para Nabi dan Rasul. Jika Nabi dan Rasul terdahulu hanya berdakwah pada kaumnya saja, berbeda dengan Nabi Muhammad Saw yang mengemban tugas untuk berdakwah kepada seluruh umat manusia dimuka bumi. Nabi Muhammad Saw menyerukan ajarannya kepada orang-orang yang belum mengenal Islam hingga beberapa sahabat bersedia menjadi pengikutnya dan masing-masing sahabat pun bergegas untuk melakukan tugas mulia yaitu berdakwah, sehingga Islam bisa dikenal ke berbagai penjuru dunia sampai hari ini Islam ramai akan pemeluknya.

Sekalipun Nabi dan para sahabat serta ulama terdahulu telah wafat, tidak menjadikan tugas dakwah berhenti. Karena Allah telah memerintahkan untuk melakukan amar ma'aruf nahi mungkar.

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104).

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl: 125).

Kendati umat Islam menjadi mayoritas di Negeri-negeri muslim begitupun dengan Indonesia namun ironisnya Islam tidak diambil sebagai mabda dari setiap perbuatan. Islam tidak lagi menjadi rujukan solusi dari berbagai masalah. Alhasil para pengemban dakwah harus berhadapan dengan sesama muslim dan mendakwahkan Islam kepada orang yang telah beragama Islam.

Umat Islam lebih tertarik pada kebiasaan yang bukan datang dari kebiasaan Islam, sehingga jati diri Islam semakin terkikis. Gempuran pemikiran Barat dan tsaqofah barat yang diterima dengan tangan terbuka menjadi salah satu faktor semakin jauhnya umat Islam dari ajaran Islam yang haq.

Orang-orang kafir paham bahwa Islam akan menang, maka mereka mati-matian meredam semangat umat Islam. Aturan Islam dikebiri, pelan tapi pasti mendorong sejauh-jauhnya umat dari pemahaman Islam yang sebenarnya. Namun ada yang mereka lupa, agama ini datang dari Allah ﷻ. Mereka bisa meredam semangat Islam tapi tidak akan bisa meredam kemenangan. Janji kemenangan Islam pasti terjadi.

Maka sebagai umat Islam cek posisi kita berada dimana. Hari ini kajian Islam ibarat jamur, ini memudahkan kita menyambanginya. Juga dimudahkan dengan tekhnologi yang canggih dimana ilmu berada di genggaman tangan, jika kita mau memanfaatkan keberadaannya. Kita hidup di jaman dimana Al-Qur'an telah sempurna dibukukan didampingi Al-hadits sebagai penguat. Zaman dimana umat Islam pasti percaya bahwa kejadian Isra Mi'raj pasti benar dan percaya dengan segala kisah Rasulullah Saw sekalipun beberapa kisahnya diluar nalar manusia. Coba bayangkan apabila kita ditakdirkan hidup pada masa itu dengan kondisi Nabi dan keadaan yang sulit diterima oleh logika, entah kita berada di barisan Abu Bakar As ataukah justru pendukung dari Abu Jahal.

Keberadaan Islam dan ajarannya yang terus dijaga oleh Allah sepatutnya menjadikan kita mampu berfikir dan melihat Islam dengan kacamata yang benar kemudian tentukan langkah kaki kita membersamai para pejuang dakwah Islam ideologi untuk saling beriringan satu irama dalam perjuangan menyambut kemenangan Islam sehingga syariat-Nya kembali menggema disetiap sudut kota bumi ini tanpa terlewati.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.