Type Here to Get Search Results !

KELUARGA BAHAGIA, KELUARGA PEJUANG


Oleh: Ramsa

Ada ibu yang senang hati mengajak anaknya mengemis, ada anak yang memukul ibu demi beli pulsa, ada juga ibu yang tega membunuh anaknya. Tentu pemandangan yang tak layak. Keluarga yang jauh dari kata harmonis, jauh dari kata bahagia.

Sejatinya setiap orang inginkan bahagia. Walau kadang standar bahagia itu tidak sama bagi setiap orang. Ada yang bilang bahagia itu sederhana, asal ditemani pasangan halal sudah bahagia. Ada juga yang beranggapan bahagia itu jika semua keinginan bisa terpenuhi. Atau bisa mengerjakan segala sesuatu sesuai selera.

Kebahagiaan itu jika diukur oleh perolehan materi maka orang kaya saja yang akan berbahagia, namun jika standar bahagia adalah keridaan Allah ﷻ maka akan lebih banyak dan lebih luas orang atau keluarga yang bisa merasakan kebahagiaan.

Sekedar senang, sekedar bisa tersenyum bersama anggota keluarga itu pun bisa dianggap bahagia.

Bagi keluarga muslim yang sudah memiliki pemikiran yang unik dan khas maka standar bahagia itu jelas. Meraih keridhoan Allah ﷻ. Walau makan hanya sebutir telur dibagi delapan atau makan nasi dengan lauk garam pun tetap bisa bahagia. Karena bahagia itu sesuatu yang maknawi, melibatkan perasaan. Bukan benda yang bisa diraba. Maka bisa jadi dengan berkumpul bersama anggota keluarga yang lengkap saja akan membawa kesenangan dan kebahagiaan bagi seseorang.

Bahagia akan mengatarkan hati jadi mudah tertata. Setiap masalah bisa disikapi dengan tepat. Tidak mudah putus asa. Selalu berpikir luas dan berpikir positif. Memandang masalah dengan jernih.


Menuju Keluarga Pejuang

Untuk meraih ridho Allah ﷻ di jaman now tidak lah mudah. Karena banyak pemikiran rusak berkeliaran di sekitar kita. Untuk bisa membentuk keluarga yang siap berpacu dan menempa diri jadi pembela agama Allah menjadi hal sulit terwujud. Karena godaan zaman. Ada banyak anak yang terbiasa hidup tanpa tantangan atau hidup sesuka hatinya. Sulit menyelesaikan masalahnya sendiri. Padahal dari segi usia sudah layak disebut dewasa.

Terjadilah banyak anak-anak yang secara usia dan fisik sudah dewasa namun belum matang dalam pemikirannya. Bisa merasakan dan mengerti godaan seksual di dekatnya tapi galau cara menghadapinya. Bingung saat diminta selesaikan masalah teman soal pacaran misalnya.

Potret keluarga muslim saat ini banyak yang merasakan kegalauan itu. Salah satu penyebabnya adalah kurang pembinaan dan pendidikan aqidah sejak dini. Akhirnya anak menjadi dewasa jasmani tanpa disetai kemampuan menjadi problem solver bagi dirinya dan umat.

Untuk membentuk keluarga yang bahagia, dan keluarga-keluarga itu butuh beberapa langkah yang mestinya diwujudkan. Mulai dari pembiasaan menyelesaikan masalah sederhana di rumah. Anak dibiarkan menyelesikan masalah sendiri, guna melatih kemandiriannya. Anak yang sudah dibekali akidah Islam yang baik, kepercayaan diri dan terbiasa mandiri akan lebih mudah disiapkan jadi pejuang agama Allah ﷻ.

Dengan kematangan akidah Islam anak akan mudah diajak memperjuangkan tegaknya hukum-hukum Allah akan jauh lebih mudah ketika sejak dini sudah ditanamkan keyakinan bahwa keluarga muslim itu sumber kebahagiaannya adalah ridho Allah ﷻ, menjalankan perintah Allah karena cinta dan bukti ketaatan.

Dengan begitu anak akan ridho menjauhi segala larangan Allah karena tahu hal tersebut adalah sesuatu yang Allah ﷻ benci. Hal itu membuatnya mampu menempatkan standar ridho Allah. Maka saat menghadapi masalah diri sendiri dan masalah umat pun akan jauh lebih luas cara pandangnya dan bisa memberi solusi untuk umat.

Contoh keluarga yang bisa melewati berbagai ujian adalah keluarga Nabi Ya'kub alaihi salam. Berbagai ujian hidup mampu dilalui dengan prasangka baik, dan akhirnya bisa berkumpul dengan anak-anaknya yang baik. Mampu menyadarkan kesalahan anggota keluarga yang selama ini berpikir negatif terhadap Ayah dan saudaranya.

وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُۥ سُجَّدًا ۖ وَقَالَ يٰٓأَبَتِ هٰذَا تَأْوِيلُ رُءْيٰىَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّى حَقًّا ۖ وَقَدْ أَحْسَنَ بِىٓ إِذْ أَخْرَجَنِى مِنَ السِّجْنِ وَجَآءَ بِكُمْ مِّنَ الْبَدْوِ مِنۢ بَعْدِ أَنْ نَّزَغَ الشَّيْطٰنُ بَيْنِى وَبَيْنَ إِخْوَتِىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى لَطِيفٌ لِّمَا يَشَآءُ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Artinya :
Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku inilah ta´bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS.Yusuf : 100).

Sesungguhnya buah ketaatan akan bisa dirasakan oleh orang yang bersabar, orang-orang yang sudah ditempa oleh berbagai ujian kehidupan. Semoga Allah mudahkan kita jadi keluarga pejuang, keluarga bahagia yang senantiasa memburu kenikmatan akhirat. Berusaha menggapai rida Ilahi dalam setiap waktu. Aamiin.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.