
Hei, anak muda!!
Yang kerjanya rebahan terus, scroll ponsel tanpa henti, pulang malam. Yang sering lupa orang tua, lupa rumah, lupa sekolah, bahkan lupa masa depan. Yang di kepalanya cuma mikir gimana caranya jadi populer, gimana biar good looking, gimana biar tajir. Yang diingat cuma crush, pacar, dan kesenangan semata. Naudzubillah…
Coba deh jujur, banyak nggak sih remaja sekarang yang kayak gitu? Bahkan bukan cuma mahasiswa, pelajar juga (mulai dari SMA/SMK, SMP, sampai SD pun udah banyak yang ke arah sana. Contoh kenakalan remaja yang lagi sering muncul di Indonesia aja udah kelihatan: tawuran, perundungan/bullying, balap liar, geng motor, sampai yang paling parah) penyalahgunaan narkoba. Itu yang viral di ponsel aja udah segitu banyak, apalagi yang nggak masuk berita? Pasti lebih parah.
Oke, mungkin kamu ngerasa, “Aku nggak gitu kok.” Tapi jujur aja, malas belajar itu udah jadi masalah besar di kalangan pelajar. Banyak yang sekarang mengalami learning loss, yaitu kondisi di mana motivasi, kemampuan belajar, dan prestasi akademik menurun.
Menurut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, penurunan motivasi belajar ini disebabkan oleh kekosongan pembelajaran dan sistem daring selama pandemi. Beliau mengatakan:
“Selama pandemi, pembelajaran dilakukan secara daring, atau malah tidak ada pembelajaran sama sekali, dan dampaknya masih bisa dirasakan sampai sekarang.” (UGM, 19-3-25)
Terus gimana mau jadi Indonesia Emas, kalau pelajarnya aja malas belajar?
Salah satu penyebab besarnya ya ponsel. Kenapa? Karena di dalam ponsel itu banyak mudaratnya. Mulai dari aplikasi nggak senonoh, tontonan nggak mendidik, sampai game. Bahkan game anak-anak sekarang aja udah banyak unsur orang dewasanya. Tontonan juga bikin lupa segalanya, bikin remaja jadi mager, lemot, susah disuruh, bahkan susah dimintai tolong sama orang tua.
Emangnya kita nggak belajar? Belajar sih.
Emangnya nggak dapat ranking? Dapat.
Emangnya nggak pintar? Pintar.
Tapi jujur aja, belajarnya sering cuma pas mau ujian. Ranking iya, tapi karena sistem. Pintar iya, tapi pintar cari alasan biar bisa bolos sekolah.
Padahal di luar sana kejahatan makin luar biasa. Dan yang bisa memperbaiki itu siapa? Kita. Kita generasi penerus. Kalau generasi selanjutnya malah lebih parah, dunia ini bakal makin rusak. Dunia butuh kamu, bukan cuma fisikmu, tapi cahayamu.
Kenapa kita nggak maju-maju?
Pertama, circle. Kalau lingkaran pertemanan buruk, ya susah berkembang. Contohnya, kita niat belajar buat ujian, eh ternyata teman-teman malah bawa contekan. Akhirnya kita ikut mikir, “Ah, ngapain belajar, nyontek aja, nilainya juga bagus.”
Faktor lain datang dari orang tua. Bisa jadi orang tua kurang memperhatikan anak dalam hal belajar. Padahal, sebisa mungkin anak perlu didampingi, diajari, dan diperhatikan. Tapi di sisi lain, sistem yang sekarang (sistem kapitalis) sering memaksa orang tua bekerja keras demi ekonomi, sampai akhirnya waktu untuk anak jadi sangat terbatas.
Coba deh kita buka lagi sejarah Islam. Wah, beda jauh banget! Islam dulu punya sistem hidup yang lengkap, benar, masuk akal, dan langsung dari Sang Pencipta. Dalam sistem Islam, pendidikan itu serius. Nggak ada cerita anak nggak sekolah karena ekonomi. Negara bertanggung jawab menyediakan pendidikan gratis dan bermutu.
Kalau masih ragu, lihat aja para ilmuwan Islam terdahulu. Salah satunya Imam Syafi’i. Siapa sih yang nggak kenal beliau? Ulama besar yang menulis banyak kitab, hafal ribuan hadis, dan ilmunya masih dipelajari sampai sekarang.
Sekarang saatnya kita bangkit. Bangkit dari dunia yang gelap menuju dunia yang terang. Mari jadi cahaya untuk generasi berikutnya dengan rajin belajar dan buang jauh-jauh kata malas, mager, dan semacamnya. Karena dunia butuh kamu, dan dunia sedang nggak baik-baik saja.
Rasulullah ﷺ bersabda:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. At-Tirmidzi)
Aku yakin, kalian itu cahaya. Cuma selama ini tertutup awan hitam. Tinggal mau bangkit, atau terus rebahan.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
[] Annida’ Fauziyyatuz Zahrah – Ayatusy Syifa
