Type Here to Get Search Results !

MUSTAFA KEMAL ATATÜRK: ANTARA MODERNISASI DAN PENGHANCURAN KHILAFAH ISLAM


Di awal abad ke-20, dunia Islam mengalami gempa besar yang mengubah jalannya sejarah. Pada tanggal 3 Maret 1924, Khilafah Utsmaniyah simbol persatuan dunia Islam selama lebih dari 13 abad resmi dihapuskan. Dalang di balik peristiwa ini adalah seorang perwira militer bernama Mustafa Kemal, yang kemudian bergelar Atatürk ("Bapak Bangsa Turki").


Dari Pahlawan Perang ke Bapak Sekularisme

Lahir pada 1881 di Salonika (sekarang Thessaloniki, Yunani), Mustafa Kemal tumbuh dalam lingkungan yang dipengaruhi modernisasi Eropa. Karir militernya melejit saat ia memimpin kemenangan penting bagi Utsmaniyah dalam Pertempuran Gallipoli (1915) melawan pasukan Sekutu.

Namun, setelah Kekaisaran Utsmaniyah kalah dalam Perang Dunia I, Mustafa Kemal berbalik arah. Ia menolak keras perjanjian yang mengancam memecah-belah tanah Turki, memimpin Perang Kemerdekaan Turki (1919–1922), dan mendirikan Majelis Agung Nasional Turki di Ankara.

Pada 1 November 1922, ia berhasil menghapuskan institusi Sultanat, dan pada 29 Oktober 1923, mendeklarasikan berdirinya Republik Turki dengan dirinya sebagai presiden pertamanya.


Penghapusan Khilafah dan Agenda Sekularisasi

Khilafah Islam, yang bertahan sejak era Abu Bakar Ash-Shiddiq pada abad ke-7, dipertahankan secara simbolik setelah penghapusan Sultanat. Namun, Mustafa Kemal menganggap Khilafah sebagai ancaman terhadap nasionalisme Turki dan sekularisme yang ia anut. Maka, pada 3 Maret 1924, Khilafah resmi dihapus.

Langkah ini diikuti oleh reformasi-reformasi radikal:
  • Hukum Islam diganti dengan hukum sipil Swiss.
  • Adzan diubah ke dalam bahasa Turki.
  • Fez (topi tradisional Muslim) dilarang, diganti dengan topi bergaya Barat.
  • Hagia Sophia, yang telah menjadi masjid sejak penaklukan Istanbul 1453, diubah menjadi museum pada 1935.
  • Pengaruh ulama dan lembaga-lembaga agama dipangkas drastis.
  • Konsumsi alkohol dipromosikan di ruang publik.

Mustafa Kemal menjalankan kekuasaan dengan tangan besi. Semua partai politik selain Partai Rakyat Republik (CHP) dibubarkan. Kritik terhadap pemerintahan ditindak tegas, dan Turki menjadi negara satu partai hingga beberapa tahun setelah kematiannya.


Kontroversi Karakter dan Tuduhan Arogansi

Di dunia Islam, banyak kisah yang beredar tentang kesombongan Mustafa Kemal. Salah satunya menceritakan bahwa dalam sebuah pidato ia pernah bertanya kepada para mantan tentara Utsmani, "Siapa yang berkuasa sekarang, aku atau Tuhan?" Meski populer dalam narasi keagamaan, peristiwa ini tidak didukung oleh bukti sejarah primer.


Akhir Tragis Seorang Penguasa

Mustafa Kemal meninggal dunia pada 10 November 1938 setelah menderita penyakit sirosis hati yang parah. Ia mengalami koma panjang sebelum akhirnya wafat di Istana Dolmabahçe, Istanbul.

Pemakamannya dilakukan dengan upacara kenegaraan. Jenazahnya disemayamkan sementara di Museum Etnografi Ankara, sebelum akhirnya dipindahkan ke Anıtkabir, kompleks mausoleum megah di Ankara yang menjadi tempat peristirahatannya hingga kini.

Terkait kisah bahwa "bumi menolak jasadnya" atau "makamnya berbau busuk", tidak ada bukti resmi yang menguatkan cerita-cerita tersebut. Itu lebih banyak muncul dalam literatur moralistik yang ingin menyorot akibat dari sikap anti-Islamnya.


Warisan yang Membelah

Warisan Mustafa Kemal tetap kontroversial. Di satu sisi, ia dipandang sebagai pahlawan nasionalis yang menyelamatkan Turki dari kolonialisasi. Di sisi lain, banyak umat Islam yang melihatnya sebagai tokoh yang menghancurkan persatuan umat dan mengikis nilai-nilai Islam di Turki.

Lebih dari 100 tahun setelah reformasinya, Turki masih bergulat antara warisan sekularisme yang ia tinggalkan dan gelombang baru Islamisasi yang muncul dalam masyarakatnya.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Abu Ghazi

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.