Type Here to Get Search Results !

KETIKA ALLAH MELUPAKAN MANUSIA


Oleh: Honriani Nst

Allah ﷻ telah menciptakan manusia lengkap dengan segala potensinya. Ada potensi untuk hidup (kebutuhan jasmani dan kebutuhan naluri) dan ada potensi untuk memimpin makhluk-Nya (akal). Potensi untuk hidup yang dimiliki manusia tidak berbeda dengan potensi untuk hidup yang dimiliki oleh hewan ataupun jin, sama-sama memiliki kebutuhan jasmani dan kebutuhan naluri. Allah ﷻ pun menciptakan benda yang bisa dimanfaatkan manusia untuk memenuhi potensinya.

Manusia tanpa ajaran agama akan bisa memenuhi segala kebutuhannya ini. Hanya saja jika manusia dibiarkan memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa aturan atau dengan aturan dari buah pikir manusia maka akan berlaku hukum rimba, pihak yang kuat akan memperbudak pihak yang lemah untuk memenuhi kebutuhan pihak yang kuat, sebagaimana keadaan saat ini.

Pihak yang lemah memang akan diberikan upah, namun upahnya hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok saja dengan bahan-bahan yang tidak berkualitas, dengan harapan agar pihak yang lemah tetap bisa bekerja kepada pihak yang kuat. Pihak yang lemah bekerja hanya sekedar memulihkan energi yang terkuras untuk memperkaya pihak yang kuat. Sementara pihak yang kuat akan mempekerjakan pihak yang lemah untuk semakin memperbanyak harta kekayaannya. Keadaan ini jelas akan menimbulkan kebencian dan dendam, sehingga akan mengakibatkan munculnya berbagai tindak kriminal di tengah-tengah manusia. Memang ada aturan atau pun hukum yang berlaku di tengah-tengah manusia. Namun aturan dan hukum itu hanya untuk memperkuat posisi pihak yang kuat dan menghabisi pihak yang lemah. Inilah kondisinya jika manusia hidup dengan aturan yang dirancang oleh manusia juga.

Akan berbeda halnya, jika manusia hidup dengan aturan yang datang dari Sang Pencipta, zat yang sangat tahu aturan yang tepat bagi makhluk-Nya. Aturan yang muncul tentu aturan yang menjamin terwujudnya kesejahteraan dan keadilan di tengah-tengah umat manusia. Oleh karena itu, Allah ﷻ mengutus para rasul-Nya untuk menyampaikan aturan itu ke tengah-tengah umat manusia.

Allah mengutus Nabi Muhammad ﷺ sebagai utusan terakhir membawa seperangkat aturan yang lengkap tentang kehidupan ini. Ada aturan tentang siapa yang berhak untuk disembah dan bagaimana tata cara menyembah-Nya. Ada juga aturan tentang bagaimana manusia menjalankan roda pemerintahan, aturan antara rakyat dengan pemimpinnya. Termasuk di dalamnya aturan bagaimana mengelola sumber daya alam agar manusia bisa memenuhi semua kebutuhannya dengan baik, hingga kekayaan itu tidak beredar pada satu kelompok saja, namun merata dirasakan oleh seluruh umat manusia.

Allah ﷻ memerintahkan kepada umat manusia untuk menjalani kehidupan ini sesuai dengan aturan yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ (Islam), bukan dengan aturan yang lain. Hal ini karena Allah ﷻ mengatakan bahwa hanya Islam agama yang diridai-Nya, dan hanya Islam agama yang sempurna. Allah ﷻ telah memberikan peringatan kepada umat manusia agar patuh kepada aturan-Nya ini. Bagi orang yang patuh akan dibalas Allah dengan balasan kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang yang tidak mematuhinya akan dibalas Allah dengan kesempitan hidup di dunia dan di akhirat akan diberikan balasan berupa siksaan neraka yang sangat pedih. Orang-orang yang mengabaikan peringatan Allah ﷻ kelak akan dilupakan Allah ﷻ sebagaimana disebutkan Allah dalam ayat cinta-Nya surat Thaha ayat 126 berikut:

قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126)
Allah berfirman, "Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan."

Ayat ini sebagai jawaban Allah terhadap perkataan orang-orang yang dikumpulkan Allah di akhirat dalam keadaan buta yang disebutkan pada ayat sebelumnya;

رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا
Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat? (Thaha: 125)

Maksudnya, karena mereka berpaling dari ayat-ayat Allah dan mereka memperlakukannya seakan-akan mereka tidak mengingatnya, padahal sudah disampaikan kepada mereka. Mereka pura-pura melupakannya, berpaling darinya, serta melalaikannya. Maka begitu pula pada hari kebangkitan, Allah memperlakukan mereka sebagaimana perlakuan mereka yang melupakan ayat-ayat Allah. Sebagai contoh, Allah sudah melarang manusia untuk bertransaksi riba, eh manusia tetap asyik melakukan riba dengan berbagai alasan.

Hal yang sama telah disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya yang mengatakan:

فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا
Maka pada hari (kiamat) ini Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini. (Al-A'raf: 51)

Menjadi makhluk yang dilupakan Allah kelak di akhirat merupakan keadaan yang sangat menyakitkan karena Allah sediakan bagi mereka siksaan yang sangat pedih, neraka Jahanam. Jadilah manusia-manusia yang taat pada aturan Allah dalam seluruh aspek kehidupan, agar tidak menjadi makhluk yang dilupakan Allah kelak di akhirat. Jika Allah melarang riba, maka tinggalkanlah riba. Jika Allah memerintahkan penguasa untuk mengatur rakyatnya dengan aturan Islam seperti Nabi Muhammad ﷺ mengatur masyarakat Madinah atau seperti khulafaur Rasyidin saat mengatur rakyatnya, maka hendaklah penguasa saat ini juga seperti itu, mengatur rakyat dengan aturan Islam dan meninggalkan aturan demokrasi yang sudah terbukti kebobrokannya.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.