Type Here to Get Search Results !

BERSAHABAT DENGAN UJIAN


Oleh: Arik Rahmawati

Di dalam surat Al ankabut ayat 2 Allah berfirman,

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) ‎mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Q.S. ‎Al-Ankabut : 2)‎

Dari ayat ini sungguh sangat jelas dinyatakan bahwa Allah tidak akan membiarkan seseorang mengatakan beriman begitu saja. Allah pasti akan mengujinya apakah keimanan mereka asli ataukah abal-abal.

Ada yang diuji dengan sakit yang tidak sembuh-sembuh. Berbagai cara telah dicobanya, mulai dari herbal sampai kimia dijalaninya dengan penuh harapan agar supaya sembuh. Tetapi belum juga sembuh.

Ada yang diuji dengan mertuanya. Suami baik ipar baik, tetangga baik ternyata ujian datang dari mertuanya. Sikap mertua sungguh menyakitkan. Misalnya sering bersikap kasar, ucapannya sering membuatnya tersakiti bahkan sering merendahkan.

Ada ujian datang dari kondisi keuangan yang sangat kekurangan bahkan untuk makan sehari-hari rasanya sulit terpenuhi. Ke mana-mana utang. Kemana-mana ditagih utang. Bahkan hidupnya sangat tergantung dengan utang. Bahkan bisa dijuluki ratu utang. Utang ke satu orang besok ganti utang ke yang lain lagi. Hidupnya seperti itu terus.

Ada juga ujian belum dikasih momongan. Meski sudah bertahun-tahun menikah belum juga hamil. Rasa gundah gulana menghampiri. Apakah aku orang yang mandul. Berbagai celaan, pertanyaan selalu memojokkan dirinya.

Ada ujian itu datang dari umatnya seperti para nabi. Dicela, diusir dari kampung halaman hingga dibunuh. Sehingga ujian ini sangat dekat dengan para pengemban dakwah hari ini. Hampir setiap tuduhan fitnahan cacian selalu dialamatkan pada pengemban dakwah. Label teroris selalu disematkan pada mereka. Padahal yang korupsi mereka, yang mengamandemen undang-undang mereka, yang menjual aset negara mereka, yang mengijinkan pergaulan bebas mereka. Tetapi anehnya yang disalahkan adalah para pengemban dakwah yang hanif dan yang lurus. Itulah ujian.

Ada suami kaya raya penghasilan jutaan tetapi si istri tidak dipegangi uang bulanan sama sekali. Semua keperluan dapur dibelanjakan suami. Istri hanya memasak apa yang dibelanjakan suaminya. Dengan konsep suami demikian betapa bingungnya si istri tak memegang uang sama sekali. Jadilah si istri memutar otak untuk mendapatkan uang. Inilah ujian rumah tangga.

Jadi ujian itu memang tak bisa lepas dari manusia siapapun orangnya baik pintar maupun bodoh. Baik sudah berpengalaman atau belum. Baik dia kaya maupun miskin. Ujian itu akan menjadi bumbu dalam kehidupan. Siap hidup berarti siap diuji. Tak siap diuji berarti tak usah hidup.

Sebenarnya ujian itu adalah cara Allah untuk melihat kualitas keimanan kita. Apakah kita tetap setia kepada Allah dan Rasul-Nya ataukah tidak. Karena banyak orang mengatakan beriman itu hanya sampai batas kerongkongan saja. Berbusa-busa mengatakan beriman tetapi menjauh dari perjuangan menegakkan syariat Islam.

Sebenarnya ujian itu juga bukan hanya dalam hal kekurangan, kesempitan dan ketidakberdayaan kita saja. Dalam kondisi kita meningkat ekonominya, harmonis dengan pasangan, keamanan sebuah masyarakat, banyak teman itu semua juga ujian. Jadi ujian itu ada dua bisa jadi dalam kondisi kita bahagia maupun dalam kondisi kita berdukacita.

Jika kita masih mengingat Allah dalam segala kondisi maka Allah akan mengingat kita ketika kita dalam kesulitan.

Dengan kesadaran bahwa semua ujian itu datang dari Allah maka sepatutnya solusi juga datangnya dari Allah ﷻ. Masalah apapun yang mendera kita sudah seharusnya diselesaikan dengan aturan dari Sang Pencipta kita. InsyaAllah kita akan lolos ujian ini jika kita berpegang erat kepada tali agama Allah.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.