Type Here to Get Search Results !

ALLAH MELEPASKAN PETIR SEBAGAI AZAB-NYA


Oleh: Honriani Nst

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah telah diperintahkan Allah ﷻ untuk taat kepada-Nya. Pada surat adz-Dzariyat ayat 56, Allah ﷻ mengatakan:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu”.

Maknanya, manusia diciptakan Allah untuk mengikuti perintah-Nya, memuji kebesaran-Nya, dan mensucikan-Nya. Bukan hanya manusia, makhluk yang lain pun diperintahkan Allah ﷻ untuk bertasbih kepada-Nya. Hal ini sebagaimana dinyatakan Allah ﷻ dalam surat ar-Ra’d ayat 13 berikut:

وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ
Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Mahakeras siksa-Nya.

Pada ayat ini Allah ﷻ mengatakan:

وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ
Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah... (Ar-Ra'd: 13)

Ayat ini semakna dengan firman Allah ﷻ pada surat Al-Isra ayat 44 yang berbunyi :

...وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ...
...dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi Kamu selkalian tidak mengetahui tasbih mereka...


Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebutkan tentang bertasbihnya awan. Imam Ahmad mengatakan, dari Humaid ibnu Abdur Rahman, bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah mengadakan awan, maka awan itu dapat berbicara dengan suara yang paling baik dan dapat tertawa dengan tawa yang paling baik.

Makna yang dimaksud hanya Allah yang lebih mengetahui bahwa ucapan awan adalah petirnya, dan tertawanya ialah kilatnya.

Musa ibnu Ubaidah telah meriwayatkan dari Sa'd ibnu Ibrahim yang mengatakan bahwa Allah mengirimkan hujan, maka tiada tawa yang lebih baik daripada tawanya, dan tiada bicara yang lebih indah daripada bicaranya. Tertawanya adalah kilat, dan bicaranya adalah petir.

Lantas, ketika petir datang, apa yang akan kita lakukan? Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi dan Imam Bukhari di dalam Kitabul Adab, disampaikan bahwa saat petir datang, Rasulullah ﷺ membaca doa:

"اللَّهُمَّ، لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ".
Ya Allah, janganlah Engkau bunuh kami dengan murka-Mu, dan janganlah Engkau binasakan kami dengan azab-Mu, dan maafkanlah kami sebelum itu.

Pada hadis lain disebutkan bahwa Allah ﷻ tidak akan memperdengarkan guruh pada hamba-hamba-Nya yang taat. Imam Ahmad mengatakan sebuah hadis dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tuhan kalian telah berfirman, “Sekiranya hamba-hambaKu taat kepada-Ku, tentulah Aku sirami mereka dengan air hujan di malam hari, dan Aku terbitkan kepada mereka matahari di siang harinya, dan tentulah Aku tidak akan memperdengarkan suara guruh kepada mereka.

Imam Tabrani juga mengatakan hadis dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Apabila kalian mendengar suara guruh, maka berzikirlah kepada Allah, karena sesungguhnya guruh tidak akan mengenai orang yang berzikir.

Allah ﷻ melanjutkan ayat 13 ini dengan:

وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ
dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki. (Ar-Ra'd: 13)

Maknanya, Allah melepaskan petir sebagai azab-Nya yang Dia timpakan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Karena itulah halilintar banyak terjadi di akhir zaman, seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad. Ia mengatakan:

حَدَّثَنَا …، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "تَكْثُرُ الصَّوَاعِقُ عِنْدَ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ، حَتَّى يَأْتِيَ الرَّجُلُ الْقَوْمَ فَيَقُولُ: مَنْ صُعِقَ تِلْكُمُ الْغَدَاةَ؟ فَيَقُولُونَ صعِق فُلَانٌ وَفُلَانٌ وَفُلَانٌ".
telah menceritakan kepada kami…, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a., bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda: Halilintar akan banyak bila hari kiamat telah dekat, sehingga seorang lelaki datang kepada suatu kaum, lalu ia mengatakan, “Siapakah yang telah disambar petir di antara kalian kemarin?” Maka mereka menjawab, “Si Fulan, si Fulan, dan si Fulan.”

Adapun asbabun nuzul ayat ini telah diriwayatkan sebuah hadis oleh Al-Hafiz Abu Ya’la Al-Mausuli; telah menceritakan kepada kami…, dari Anas, bahwa Rasulullah ﷺ mengirimkan seorang lelaki kepada seseorang dari kalangan orang-orang Badui yang kafir. Beliau ﷺ memerintahkan kepada pesuruhnya itu, "Pergilah dan serulah dia untuk memeluk (agama)ku!" Pesuruh berangkat menuju tempat lelaki Badui itu. Setelah datang, ia berkata kepadanya, "Rasulullah ﷺ menyerumu!" Lelaki Badui itu bertanya, "Siapakah Rasulullah, dan apakah Allah itu, apakah dari emas ataukah dari perak atau dari tembaga?" Pesuruh Rasulullah ﷺ kembali menghadap kepada Rasulullah Saw. dan menceritakan apa yang dialaminya, Ia berkata kepada Nabi ﷺ, "Telah aku ceritakan kepadamu bahwa orang itu jauh lebih ingkar daripada apa yang diperkirakan. Dia mengatakan anu dan anu kepadaku (menunjukkan keingkarannya)." Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku, "Pergilah lagi kamu kepadanya!" Pesuruh Rasulullah ﷺ berangkat lagi kepadanya untuk kedua kalinya, dan lelaki Badui yang diserunya mengatakan hal yang sama dengan sebelumnya. Maka pesuruh Rasulullah ﷺ kembali dan berkata kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, telah aku ceritakan kepadamu bahwa dia lebih ingkar daripada itu." Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya. "Kembalilah kamu dan serulah dia!" Pesuruh Rasulullah ﷺ kembali kepada lelaki Badui itu untuk yang ketiga kalinya, tetapi lelaki Badui itu mengeluarkan jawaban yang sama kepada utusan Rasulullah. Ketika sedang berbicara dengan utusan Rasulullah, tiba-tiba Allah mengirimkan awan di atas kepala lelaki Badui itu, lalu awan tersebut mengeluarkan guruhnya, dan petir menyambar lelaki Badui itu mengenai kepalanya sehingga kepalanya hilang. Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: dan Allah melepaskan halilintar. (Ar-Ra'd: 13), hingga akhir ayat.

Sehubungan dengan peristiwa itu Lubaid ibnu Rabi'ah (saudara lelaki Arbad) mengatakan dalam bait syairnya yang mengungkapkan rasa belasungkawanya, "Aku merasa khawatir maut akan merenggut Arbad, tetapi aku tidak merasa takut akan keselamatannya terhadap hujan-Mu dan singa. Tetapi sangat mengejutkan aku halilintar dan guruh yang menggelegar menyambar seorang pendekar di hari yang sangat kubenci di Najd."

Ayat 13 ini pun dilanjutkan Allah ﷻ dengan kalimat:

وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ
dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah. (Ar-Ra'd: 13)

Maksudnya, mereka (orang-orang kafir) meragukan kebesaran Allah yang sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Dia.

وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ
dan Dialah Tuhan Yang Mahakeras siksa-Nya. (Ar-Ra'd: 13)

Ibnu Jarir mengatakan bahwa siksaan Allah yang amat keras hanya ditujukan kepada orang yang kelewat batas terhadap-Nya serta berkepanjangan dalam kekufurannya. Ayat ini maknanya serupa dengan firman Allah ﷻ:

وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ
Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. (An-Naml: 50-51)

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.