Type Here to Get Search Results !

IMAN DAN TAKWA MENJADI PINTU KEBERKAHAN


Oleh: Desi

Hidup dalam kesejahteraan adalah impian. Mendapatkan keadilan menjadi harapan. Menjalani hidup dalam ketentraman dan kenyamanan menjadi sesuatu yang diidam-idamkan. Dan memiliki seorang pemimpin yang mampu menjadi pengayom dan perisai bagi rakyatnya adalah sesuatu yang sangat dirindukan. Sudah bisa dipastikan itu menjadi cita-cita semua jiwa di seluruh penjuru dunia, terutama bagi mereka yang lemah dan yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Mengapa segala kebaikan itu menjadi harapan setiap manusia? Karena hari ini, hal itu menjadi sesuatu yang sangat mahal dan langka. Bagaimana tidak, hukum di negri ini seolah tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Bagi mereka yang tak memiliki cuan sulit mencari keadilan. Lonjakan harga kebutuhan pokok semakin mencekik rakyat kecil. Kebijakan yang ada hanya menambah kenyamanan mereka yang berduit. Jurang sosial semakin curam, yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.

Seabreg kasus kejahatan pun semakin membuat runyam negeri ini. Pemerkosaan, pembunuhan, perampokan, tawuran pelajar, narkoba, aborsi dan masih banyak kasus lainnya. Beritanya selalu muncul di layar kaca. Sekalipun ada hukuman bagi pelaku namun kejadian serupa terus berulang dengan aktor berbeda bahkan kadang aktor kawakan berulah kembali. Mengapa hukum yang ada tidak juga membuat mereka jera?

Sungguh miris negeri yang katanya mayoritas muslim ini komplit dengan segala kemaksiatan. Padahal Islam memerintahkan setiap pemeluknya untuk taat kepada Allah. Namun masih sangat banyak muslim yang ketaatannya tidak totalitas sehingga keimanannya pun tidak seratus persen.

Dengan demikian mereka tidak menyadari telah tersisipi ide-ide sekuler yaitu pemisahan agama dari kehidupan yang diadopsi negeri ini dari Barat. Gempuran mereka untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam sangat masif seperti islamophobia, moderasi beragama, feminisme, liberalisme, hedonisme dan masih banyak lagi.

Namun lagi-lagi tidak disadari oleh kebanyakan umat Islam karena ide mereka dibungkus sedemikian rupa agar terlihat cantik dan menarik sehingga dapat diterima dengan mudah oleh umat Islam. Kemudian ide sesat itu dibenarkan dan dibela oleh sebagian umat Islam. Alhasil umat Islam terpecah belah karena beda pemikiran. Bagi mereka yang paham tentu menentang ide-ide tersebut namun pencetusnya tertawa lebar karena punya tameng yaitu para pendukung yang datang dari umat Islam.

Siapa yang diuntungkan? Tentu pemilik kepentingan yang bertepuk tangan melihat umat Islam saling bermusuhan. Pemilik kepentingan disini tentunya orang kafir yang ingin melihat umat Islam hancur. Jangan salah mereka terus berusaha keras menjatuhkan Islam dengan berbagai ide brilian yang merusak citra Islam.

Rasanya harapan diatas tidak mungkin dapat terwujud jika kemaksiatan masih merajalela. Allah ﷻ berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf: 96).

Jika ingin membuka pintu keberkahan ternyata yang menjadi kuncinya adalah keimanan dan ketakwaan. Keimanan dan ketakwaan setiap individu dapat diraih jika masing-masing keluarga mampu memberikan pendidikan akidah Islam yang benar sehingga keyakinannya kepada Allah dapat menghujam kuat tak tergoyahkan.

Keimanan dan ketakwaan tersebut tidak mungkin dapat dibangun jika hanya mengandalkan peran keluarga saja maka dibutuhkan kontrol masyarakat. Peran masyarakat pun sangat penting. Maka dibutuhkan adanya kerjasama. Kontrol mereka sebagai andil dalam menjaga akidah setiap individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Sehingga kemaksiatan mampu diminimalisir.

Agar peran keluarga dan masyarakat dapat berjalan dengan baik maka dibutuhkan campur tangan negara. Negera sebagai pemegang kebijakan memberikan fasilitas yang memadai untuk menunjang segala kebutuhan yang diperlukan. Sebagai contoh dalam dunia pendidikan harus bertujuan melahirkan generasi yang taat dan patuh kepada Allah ﷻ dengan keimanan dan ketakwaan yang totalitas. Pelajaran yang diberikan membentuk anak didik yang memiliki orientasi akhirat. Dengan begitu mereka akan meninggalkan kemaksiatan. Ketika mereka lulus sekolah mereka siap menjadi bagian peradaban yang berakhlakul karimah.

Sekalipun sudah digembleng dengan ilmu agama, Islam tentunya. Tidak menutup kemungkinan adanya tindak pidana atau pelaku maksiat yang muncul. Maka hukum-hukum Allah yang sudah tercetak dalam Al-Qur'an pun harus ditegakkan karena hanya hukum buatan Allah lah yang memberikan efek jera.

Namun semua solusi diatas hanya mampu diwujudkan oleh Islam sebagaimana dulu pernah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ ketika menjadi pemimpin dunia. Kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dan para Khalifah setelahnya. Dengan keimanan dan ketakwaan sang Khalifah yang ditaati oleh rakyatnya maka keberkahan Allah akan diraih.

Seperti yang pernah terjadi di masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang kisahnya begitu mendunia. Karena keimanan dan ketakwaan sang Khalifah yang sangat mencintai rakyatnya. Beliau menjadi Raa'in dan Junnah bagi umat sehingga Allah turunkan berkah yang dapat dirasakan oleh seluruh umat.

Allah telah memberikan kunci jawaban atas doa-doa kita yang merindukan pemimpin yang adil mampu mengayomi umat, sehingga dapat hidup sejahtera dalam rida Allah. Sadarkah kita, pintu keberkahan itu dapat kita buka jika kita mau mengamalkan apa yang ditulis dalam surat Al-A'raf ayat 96? Keputusan ada ditangan kita, perjuangan akan terus dikobarkan hingga syariat-Nya ditegakkan. Dengan atau tanpa kita, Islam akan tetap menang.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.