Type Here to Get Search Results !

TAWAZUN DALAM TIMBANGAN SYARIAT


Oleh: Wina Fatiya

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيَْ
Artinya: "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas: 77)

Ayat ini sering dijadikan dalil untuk bersikap tawazun. Apa itu tawazun?

Menurut bahasa tawazun berarti keseimbangan atau seimbang, sedangkan menurut istilah adalah suatu sikap seseorang untuk memilih titik yang seimbang atau adil dalam menghadapi suatu permasalahan. Tawazun merupakan sikap yang mampu menyeimbangkan diri seseorang pada saat memilih sesuatu sesuai kebutuhan, seimbang antara kebutuhan dunia dan akhirat, seimbang kebutuhan rohani dan jasmani, seimbang kebutuhan Ilahiah dan aqliah, seimbang dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan beribadah kepada Allah. (agpaii.org, 11/07/2021)

Kumparan.com merilis bahwa sikap tawazun berarti memberikan hak tanpa pengurangan dan penambahan. Artinya, seseorang melakukan sesuatu secara proporsional dan seimbang.

Diceritakan bahwa Rasulullah ﷺ berkata kepada Abdullah bin Amru:

"Wahai Abdullah bin Amru, telah sampai berita kepadaku bahwa kamu berpuasa sepanjang hari dan shalat sepanjang malam. Janganlah kamu lakukan, sebab jasadmu yang mempunyai hak atas dirimu, kedua matamu yang mempunyai hak atasmu, dan istrimu juga punya hak atasmu. Oleh karena itu, hendaknya kamu puasa dan juga berbuka. Berpuasalah tiga hari pada setiap bulannya, sebab itulah sebenarnya puasa sepanjang masa." Saya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya kuasa melakukannya." Beliau bersabda, "Kalau begitu, berpuasalah sebagaimana puasa Daud AS, berpuasalah sehari dan berbukalah sehari." Di kemudian hari 'Abdullah bin Amru pun berkata, "Duhai., Sekiranya kau mengambil rukhshah (keringanan) itu" (Muslim, Kitab: Puasa, Bab Larangan untuk puasa dahr, hadis no. 1973)

Dalam Islam, ibadah itu bukan hanya ibadah mahdoh. Namun semua kegiatan manusia bisa bernilai ibadah. Bahkan makan, minum hingga tidur sekalipun. Semua itu bisa menjadi jalan memperoleh pahala jika dilakukan dengan ikhlas dan caranya sesuai contoh Rasulullah ﷺ.

Islam tidak membedakan mana kegiatan dunia dan mana kegiatan akhirat. Semua perbuatan ada qimah (nilai) yang dituju dan bisa mengantarkan pada rida Allah atau murka Allah.

Jika kita memahami tentang syariat Islam, cakupannya, dan prioritas amal, maka sikap tawazun ini tak akan diperlukan karena kita mengetahui posisi dan kedudukan perbuatan.

Skala pembagiannya bukan lagi tentang aktivitas duniawi atau ukhrawi, tapi hukum sara yang 5: wajib, sunah, mubah, makruh dan haram. Perbuatan kita mengikuti klasifikasi berdasarkan hukum sara ini saja akan mampu mengatur hidup kita dengan baik.

Konsep tawazun ini lahir dari paradigma sekularisme yang memilah perbuatan dunia dan akhirat lalu memisahkannya. Pengkotak-kotakan ini tidak ada dalam khazanah Islam. Karena Islam memadukan seluruh konsep duniawi dan ukhrawi.

Ada konsep majzul madah birruh (perpaduan antara materi dengan ruh) mengindikasikan bahwa setiap perbuatan pasti selalu ada keterikatannya dengan akhirat.

So, jangan ikut-ikutan mengamini konsep ini karena berbahaya. Konsep ini bisa membuat manusia cukup merasa salih hanya dengan sholat, puasa, zakat dll.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.