Type Here to Get Search Results !

JANGAN SEPERTI RABTHAH


Oleh: Wina Fatiya

Rabthah binti Sa’d bin Taim Qurasyiyah, begitulah namanya. Nama yang tidak sepopuler Maryam atau Asiah, namun Al-Qura'n bercerita tentangnya.

Al-Qur'an mengabadikannya dalam surat An-Nahl ayat 92 berikut:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَىٰ مِنْ أُمَّةٍ ۚ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ ۚ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Artinya: "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu." (Surat An-Nahl Ayat 92)

Rabthah bin Sa'd dikenal sebagai perempuan bodoh di Mekah. Ia memintal bulu menjadi benang, lalu menguraikannya kembali. Begitu seterusnya sampai akhir hayatnya.

Bahkan dia pernah ke pasar membeli banyak bulu domba sejumlah Dirham. Tak mungkin baginya memintal bulu menjadi benang itu sendirian. Akhirnya ia mengajak anak-anak kampung di sekitar Mekah untuk mimintal benang itu.

Sore hari setelah selesai, masing-masing anak itu diberi satu dirham. Setelah anak-anak itu pulang, ia urai kembali benang-benang yang sudah dipintal itu.

Hal itu ia lakukan karena ia sudah kecewa dengan dunia. Sebagaimana Jabir Asyasyaal dalam bukunya "Al-Qur'an bercerita tentang wanita" halaman 22 mengungkapkan, "Dia (Rabthah) membayangkan bahwa dunia telah menghancurkan harapan hidupnya, jadi dia harus membalas dengan menghancurkan segala yang ada."

Allah ﷻ mengingatkan kita supaya jangan mengingkari sumpah atau janji. Orang yang demikian seperti Rabithah yang sudah memintal benang namun diuraikannya kembali.

Sebagaimana penjelasan Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi dalam Aisarut Tafasir. Beliau menuliskan:

"Firman-Nya “Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya” yaitu seorang perempuan Mekah yang bodoh, dia memintal kemudian menguraikannya lagi setelah ikatan itu kuat, maka Allah ta’ala melarang kaum mukminin mengingkari janji mereka setelah dikuatkan, sehingga mereka sama seperti perempuan bodoh tersebut.

Firman-Nya “Kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antara kalian” untuk merusak dan menipu, seperti kalian bersumpah kepada sekelompok orang lalu kalian teguhkan sumpah itu dengan nama Allah kemudian kalian melanggarnya dan melepaskan apa yang sudah kalian kuatkan dari sumpah tersebut.

Dan kalian membuat sumpah kepada sekelompok karena mereka lebih kuat dan kalian mengambil manfaat dari mereka.

Inilah makna dari firman-Nya ta’ala: “Disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain” lebih banyak pengikut, senjata, harta dan manfaat."

Janji adalah hutang. Sumpah adalah tuntutan. Pada hakikatnya ketika seseorang berjanji makan ia sedang melakukan akad dengan Allah ﷻ. Akad itu pastinya akan dipertanyakan kelak di akhirat.

Jadi bagi kita, jangan seperti Rabithah. Mudah saja mengikatkan benang-benang itu namun dia urai lagi. Begitupun kita jangan mudah menjanjikan sesuatu jika memang tak bisa mewujudkannya.

Bagaimana dengan janji dan ikrar para penguasa bangsa ini? Mereka dengan ringannya menjanjikan sesuatu, apalagi di masa kampanye. Beribu janji diumbar tanpa kejelasan.

Merekalah Rabthah masa kini. Mereka mudah saja mengingkari janji dan berkelit dengan janjinya. Kelak, janji itu akan menjerumuskan mereka ke dalam jurang neraka. Na'udzubillaihi min dzalik~

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.