Oleh: Mutiara Aini
Ada ungkapan yang menarik yang dipergunakan dalam hal sedekah atau menafkahkan harta di jalan Allah ﷻ, yaitu: "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, suatu pinjaman yang baik."
Allah ﷻ menamakannya 'pinjaman', padahal Allah ﷻ sendiri maha kaya. Karena Allah ﷻ mengetahui bahwa dorongan untuk mengeluarkan harta bagi kemaslahatan umat itu sangat lemah pada sebagian besar manusia, hanya segolongan kecil saja yang rela berbuat demikian.
Padahal Allah ﷻ menjanjikan akan memberi balasan yang berlipat ganda. Allah ﷻ memberikan perumpamaan tentang balasan yang berlipat ganda itu seperti sebutir benih padi yang ditanam dapat menghasilkan tujuh tangkai padi, setiap tangkai berisi 100 butir, sehingga menghasilkan 700 butir. Bahkan, Allah ﷻ membalasnya tanpa batas, sesuai dengan yang dimohonkan Rasulullah ﷺ bagi umatnya dan sesuai dengan keikhlasan orang yang memberikan nafkah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗۤ اَضْعَا فًا کَثِيْرَةً ۗ وَا للّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُطُ ۖ وَ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
mang zallazii yuqridhulloha qordhon hasanang fa yudhoo'ifahuu lahuuu adh'aafang kasiiroh, wallohu yaqbidhu wa yabshuthu wa ilaihi turja'uun
"Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 245)
Jika Allah ﷻ menjadikan orang miskin menjadi kaya atau sebaliknya, maka yang demikian itu adalah sepenuhnya dalam kekuasaan Allah ﷻ. Anjuran Allah ﷻ menafkahkan sebagian harta di jalan Allah ﷻ, semata-mata untuk kemanfaatan manusia sendiri dan Allah ﷻ memberi petunjuk kepadanya agar mensyukuri nikmat pemberian itu. Karena dengan mensyukuri karunia-Nya, maka akan bertambah banyaklah berkahnya. Kemudian Allah ﷻ menjelaskan bahwa semua makhluk akan dikembalikan kepada-Nya pada hari kiamat untuk menerima balasan amalnya masing-masing.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
