Type Here to Get Search Results !

KEBERUNTUNGAN HAKIKI


Oleh: Riza Mulyani

Adakah manusia yang tidak ingin mendapatkan keuntungan? Rasanya tidak ada ya. Pastinya semua dari kita menginginkan keuntungan baik dalam usaha bisnis ataupun, diluar bisnis.

Bahkan tidak sedikit manusia yang demi mencari keberuntungan pergi ke suatu tempat, meminta kepada hal-hal yang sifatnya klenik dan mistik tidak masuk akal. Mereka masih mempunyai mafhum bahwa keburuntungan itu adalah hal-hal yang bersifat materi semata, tanpa memikirkan halal, haramnya.

Misalnya seseorang di katakan beruntung jika bisnis berkembang maju, jabatan semakin tinggi, penghasilan meningkat dan seterusnya.

Padahal, sebagai seorang muslim yang mengimani Al-Qur'an dan hadits, sangat tidak layak untuk kita mencari peruntungan dengan cara demikian. Allah ﷻ sang Maha Pencipta sudah mempersiapkan segala sesuatunya agar manusia bisa hidup dalam kondisi beruntung baik di dunia maupun akhirat.

Mari kita simak surat Ali-Imron ayat 104 berikut:

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung".

Dalam ayat diatas, Allah ﷻ akan melimpahkan keberuntungan kepada siapa saja yang menyeru kebaikan dan mencegah kemaksiatan atau keburukan.

Artinya ayat diatas memerintahkan kita, muslimin harus mensiarkan kebenaran Islam. Yaitu menyandang sebagai pengemban dakwah untuk melanjutkan risalah Rasulullah ﷺ.

Aktifitasnya adalah menjaga aqidah umat dari pemahaman kufur (termasuk klenik dan mistik), serta memelihara umat dari ide-ide kufur yang saat ini di aruskan secara massif oleh para pengusung sekularime liberal.

Mereka berupaya memutilasi ajaran Islam sesuai dengan kepentingan mereka. Sehingga Islam tidak lagi di adopsi oleh kaum muslimin sebagai aturan hidup, yang mengatur kehidupan mereka dalam seluruh aspek.

Meskipun mereka beraqidah Islam, namun mereka rida mengadopsi aturan sekuler liberalis ketika di luar ibadah mahdoh (misal: ekonomi, budaya, politik, sosial, pendidikan, kesehatan, bahkan hingga ke tatanan pemerintahan).

Islam di minimalis hanya dalam ranah ibadah saja (salat, zakat, puasa, sedekah, naik haji). Jadilah saat ini, kaum muslim di seluruh dunia hidup dalam aturan sekularisme liberal, yang notabene aturan buatan manusia.

Apa yang terjadi manakala syariat Allah ﷻ ditinggalkan? Ya seperti yang kita rasakan saat ini, manusia hidup dalam kesengsaraan, keterpurukan, kemiskinan, kedzaliman merajalela di mana-mana. Yang paling memilukan hati adalah kaum muslim jauh dari memahami Islam Kaffah.

Melihat uraian diatas, sebuah keniscayaan, dunia membutuhkan para pengemban dakwah yang akan menyelematkan umat manusia dari kerugian dunia dan akhirat. Pengemban dakwah akan mengembalikan kemuliaan umat. Penyembahan juga kembali kepada Allah Subhanahu wata'ala semata, sekaligus juga rida hanya dengan aturan-Nya saja, bukan dengan aturan yang lain.

Dengan demikian, sejatinya keberuntungan tidak hanya dilimpahkan kepada para pengemban dakwah tetapi akan di limpahkan kepada seluruh umat manusia, jika Allah ﷻ sudah menurunkan pertolongannya dengan mengizinkan tegaknya Daulah Islam.

Berbahagialah wahai para pengemban dakwah, karna berada di jalan mulia, jalannya para Nabi dan Rasul. Pastinya jaminan keberuntungan akan diraih, yaitu Rida Allah Subhanahu wata'ala dan surga tempat kembalinya kelak. MasyaAllah.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.