Type Here to Get Search Results !

RUGILAH BAGI ORANG-ORANG YANG RINGAN TIMBANGANNYA


Oleh: Umi Rizkyi

Manusia diciptakan oleh Allah SWT hanya untuk beribadah. Beribadah tidak hanya solat, puasa, zakat dan naik haji semata. Namun beramal solih kepada ke dua orang tua, taat suami, makruf terhadap tetangga, muamalah dan sebagainya merupakan nilai ibadah juga asal diniatkan untuk beribadah.

Disadari atau tidak, dunia adalah tempat mengumpulkan bekal untuk kehidupan kelak nan abadi yaitu akhirat. Seberapapun amal dan kebaikan yang dilakukan akan diperhitungkan oleh Allah SWT. Begitu juga sebaliknya, jika amal buruknya lebih banyak maka ia akan menjadi orang yang merugi di akhirat.

Kenapa demikian? Karena Allah telah memerintahkan kepada setiap manusia agar senantiasa beribadah kepada-Nya. Baik dalam keadaan senang-sedih, lapang-sempit, kaya-miskin, tua-muda. Semua tidak menjadi halangan untuk senantiasa beribadah dan beramal solih.

Sebagai muslim, segala aktifitas akan dimintai pertanggungjawaban. Sekecil dan berbentuk apapun. Baik berkenaan dengan ibadah individu, muamalah, politik dan sebagainya. Hal ini akan bisa menambah berat timbangan amal kebaikannya, namun juga dapat meringankan amal kebaikannya.

Semua itu tergantung amal apa yang dilakukan. Tidak memandang apakah itu baik atau tidak di sisi manusia. Bukan hal itu yang menjadi tolok ukurnya. Namun hukum Allah subhanahu wa ta'ala lah yang dijadikan standar bagi setiap muslim.

Tidak apa jika dipandang orang rendah, miskin, tidak punya apa-apa, bodoh dan lain sebagainya asal tetap berdiri tegak di jalan Allah. Tidak berkecimpung dengan riba. Baik berhutang atau mengutangkan, mencatat atau dicatat, mengantarkan atau diantar ke tempat riba. Hidup miskin, apa adanya akan nampak mulia di sisi Allah ketika seseorang itu berdiri tegak menggenggam dan melaksanakan hukum Syara.

Contoh lain, bermuamalah jual beli sesuai syariah. Tidak harus untung besar-besaran dengan melakukan kecurangan. Misalnya mencampur barang lama dengan barang baru, berbohong dengan mengatakan bahwa barangnya bagus, bersih tidak rusak namun ternyata barangnya rusak, kondisi kotor dan bercampur dengan barang yang berkualitas jelek.

Atau beramal solih dengan beramar makruf nahi mungkar kepada saudara, orang tua, adik, kakak, sahabat dan semua orang yang ditemuinya tanpa terkecuali. Hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Walau tak menutup kemungkinan akan terjadi perselisihan dan juga penolakan.

Semua itu tidak akan menjadi penghalang bagi setiap muslim yang beriman. Dimana keimanan itu telah menancap kuat pada dirinya. Tidak akan ada satupun bisa membendung dirinya untuk tidak mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فِيْ جَهَنَّمَ خٰلِدُوْنَۚ
"Dan barang siapa ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam" (QS. Al-Mu'minun[23]:103).

Dalam ayat di atas, teringat dengan kisah sahabat Rasulullah sholallahu alaihi wasallam Beliau sangat loyal dan maksimal dalam beramal. Sebelum masuk Islam beliau sangat menentang dan menolak Islam dengan keras. Namun ketika beliau membuka akalnya dan Islam menancap kuat di dada beliau, justru ketika ada yang menjadi musuh Islam beliau berada di garda terdepan membela Islam.

Sebelum masuk Islam beliau sangat keras menghalangi tersampaikannya Islam kepada orang lain. Namun setelah ber-Islam senantiasa menyampaikan Islam kepada orang lain, tanpa gentar dan tanpa takut sedikitpun. Beliaulah sahabat Rasulullah Saw, Umar bin Khattab namanya.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.