Type Here to Get Search Results !

PETUNJUK DAN KESESATAN


Oleh: Ulfa Novitamala

Allah memberikan hidayah bagi siapa saja yang Dia kehendaki, memberikan perlindungan dan juga keselamatan bagi yang Dia karuniai dan menyesatkan siapa yang dikehendaki oleh Allah. Barang siapa yang mendapatkan hidayah, sungguh telah bahagia. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah sungguh telah sengsara. Petunjuk adalah bentuk dari karunia Allah subhanahu wa ta’ala, adapun kesesatan merupakan keadilan Allah. Allah tidak mendzalimi hambaNya.

Pertanyaan yang sering muncul terkait dengan hal ini adalah tentang di mana posisi hidayah? Apakah hidayah itu ditunggu atau dijemput? Apakah mereka yang masih kafir itu karena belum mendapat hidayah dari Allah SWT? Sebaliknya jika ada muallaf apakah Ia masuk Islam karena hidayah Allah? Hidayah itu kehendak Allah atau berasal dari usaha manusia?

Jika dikembalikan pada pembahasan Qadha dan Qadr maka kita akan temukan di manakah posisi hidayah ini? Jika hidayah berada dalam wilayah yang dikuasai manusia maka hidayah berasal dari hasil usaha manusia dan ini akan dihisab. Namun jika hidayah ini berada pada wilayah yang mengusai manusia dan berasal dari Allah. Maka itu merupakan ketetapan/Qadha Allah dan tidak akan dihisab.

Pemahaman umum tentang petunjuk dan kesesatan adalah bahwa keduanya merupakan kehendak Allah. Artinya siapa yang dikehendaki Allah diberi hidayah, Ia akan mendapat petunjuk sebaliknya siapa yang dikehendai Allah sesat maka akan tersesat.

Firman Allah:

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي ۖ وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
"Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang rugi." (QS. Al-a'raf [7]:178)

Dari ayat tersebut Allah Swt. berfirman bahwa barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya; dan barang siapa yang disesatkan oleh-Nya, maka sesungguhnya dia telah merugi, kecewa, dan sesat tanpa dapat dielakkan lagi. Karena sesungguhnya sesuatu yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi, dan sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Karena itulah di dalam hadis Ibnu Mas'ud r.a. disebutkan hal seperti berikut:

"إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَهْدِيهِ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنُعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ".
Sesungguhnya segala puji bagi Allah. Kami memuji, memohon pertolongan, memohon hidayah, dan memohon ampun hanya kepada-Nya. Dan Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan hawa nafsu kami dan keburukan-keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada yang dapat menyesatkannya; dan barang siapa disesatkan oleh Allah, tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya Dan saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

Lalu, dimana hidayah itu bisa didapatkan? Tentu Al-Qur'an, sebab ia merupakan Hudan lin nas, petunjuk bagi manusia.

مَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (QS. Al Isra: 15)

قُلْ إِنْ ضَلَلْتُ فَإِنَّمَا أَضِلُّ عَلَىٰ نَفْسِي ۖ وَإِنِ اهْتَدَيْتُ فَبِمَا يُوحِي إِلَيَّ رَبِّي ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". (QS. Saba: 50)

Allah tidak akan mendzolimi hambanya. Ini adalah penegasan dari Allah bahwa Allah tetap akan menilai segala sesuatunya dari usaha manusia. Dalam QS. Al Isra diatas, mempertegas peran manusia dalam menemukan petunjuk dan kesesatan.

Jadi, petunjuk dan kesesatan merupakan pilihan. Tergantung manusianya apakah memilih jalan petunjuk atau kesesatan?

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.