Type Here to Get Search Results !

SETIAP AMAL TERGANTUNG PADA NIAT


Oleh: Muslihah

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَمَا كَا نَ لِنَفْسٍ اَنْ تَمُوْتَ اِلَّا بِاِ ذْنِ اللّٰهِ كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَ مَنْ يُّرِدْ ثَوَا بَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَا ۚ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَا بَ الْاٰ خِرَةِ نُؤْتِهٖ مِنْهَا ۗ وَسَنَجْزِى الشّٰكِرِيْنَ
"Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 145)

Dari tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa ayat ini turun untuk menyemangati orang-orang pengecut yang enggan pergi berperang karena takut mati. Hal ini senada dengan Qur'an surat Fathir ayat 11, "Dan tidak dipanjangkan umur seseorang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah."

Ayat ini mengingatkan saat putri bungsuku berpulang. Ia memang ada sakit sejak dalam kandungan. Ia mengidap toksoplasma, sebuah virus yang tumbuh di darah penderita dan menyerap sari pati gizi yang masuk ke dalam tubuh. Meski awalnya tidak ada yang tahu adanya penyakit itu. Yang terindra hanyalah tubuhnya yang tidak kunjung tumbuh berkembang.

Salah seorang teman menyarankan agar diberi gamat gold di beberapa bulan sebelum meninggal. Aku percaya beliau tulus berharap putriku bisa sembuh. Tapi yang kurasakan dengan gamat gold itu seakan mempercepat proses kehidupannya. Saat temanku takziyah, aku menyampaikan hal itu. Beliau segera minta maaf.

"Mohon maaf, jika saya menjadi penyebab putri jenengan meninggal."

"Maksud saya tidak demikian, karena ajal sudah ditentukan kapan waktunya, tanpa bisa diundur atau dimajukan meski sedetik," jawabku. Beliau tersenyum dan mengangguk. Telah sepuluh tahun kejadian itu, tapi tetap lekat dalam ingatanku.

Sungguh tidak ada alasan manusia untuk takut mati, karena semua orang yang hidup pasti akan berakhir dengan kematian. Yang harus dilakukan adalah menyiapkan kematian. Karena sesungguhnya kematian itu adalah awal dari kehidupan yang abadi. Maka saat hidup inilah harus banyak beramal saleh dengan niat ikhlas demi ridlo Allah semata.

"Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat)."

Asbabun Nuzul ayat ini memang terkait dengan perang. Maka bisa diterjemahkan bahwa barang siapa berangkat perang dengan tujuan agar mendapat ghonimah (harta rampasan), maka ia hanya akan mendapatkan hal itu tanpa meraih pahala akhirat. Itu pun jika ia tidak mati dalam peperangan. Namun jika berangkat perang dengan niat meraih pahala akhirat, maka Allah akan memberikan keduanya. Ia bisa mendapatkan ghonimah, juga pahala di sisi Allah.

Namun demikian, ayat ini pun bisa dipakai pada kondisi yang lain, tidak hanya masalah peperangan. Contoh membaca Al Qur'an. Pada umumnya orang memahami tilawah Al Qur'an adalah ibadah. Akan tetapi jika niatnya untuk meraih duniawi, maka ia hanya mendapatkan materi semata tanpa bisa meraih pahala akhirat. Misalnya tilawah Al Qur'an saat lomba. Bisa dipastikan orang mengikuti lomba Tilawatil Quran dengan niat mendapat piala, bukan untuk meraih pahala. Maka kelak yang demikian tidak akan bisa menuai pahala akhirat. Masya Allah.

Contoh lain, bekerja mencari nafkah bagi lelaki. Bagi mereka bekerja mencari nafkah adalah wajib. Oleh sebab itu, jika mereka berangkat mencari nafkah dengan niat memenuhi kewajiban, maka mereka akan mendapatkan pahala akhirat selain mendapatkan keuntungan dunia berupa materi.

Masih banyak contoh yang lain. Intinya tidak semua aktivitas yang terlihat sebagai ibadah akan mendapat pahala akhirat jika diniatkan untuk meraih materi duniawi. Bahkan sholat sekalipun jika dilakukan karena ingin dipuji manusia, maka ia takkan meraih pahala akhirat. Mungkin ia akan dapat pujian manusia, mungkin juga tidak.

Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah

انما الأعمال بالمية
"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya."

Jika demikian, sebaiknya kita menata niat setiap hendak melakukan aktivitas, baik itu yang bersifat duniawi atau apalagi yang jelas-jelas itu adalah ibadah. Jangan sampai kita tertipu diri sendiri. Berharap kelak meraih pahala akhirat saat di hari pembalasan, namun kecewa tidak mendapat apapun sebab salah niat. Ia hanya diperlihatkan pahala itu, tetapi saat di tempatkan di atas timbangan amal perbuatan, hanya seperti debu yang diterbangkan angin, tidak ada timbangan sama sekali. Nauzubillah.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

بسم الله الرحمن الرحيم
وَاَ مَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَا زِيْنُهٗ
فَاُ مُّهٗ هَاوِيَةٌ
وَمَاۤ اَدْرٰٮكَ مَا هِيَهْ
نَا رٌ حَا مِيَةٌ
"Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah Neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas." (QS. Al Qari'ah ayat 8-11)

Maka betapa ruginya orang yang demikian itu. Semoga Allah menjauhkan dari hal yang demikian. Aamiin.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
 
Mojokerto, 18 Agustus 2021

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.