Type Here to Get Search Results !

MAKNA IMAN KEPADA ALLAH DAN RASUL-NYA


Oleh: Muslihah

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

بسم الله الرحمن الرحيم
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اٰمِنُوْا بِا للّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَا لْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَا لْكِتٰبِ الَّذِيْۤ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِا للّٰهِ وَمَلٰٓئِكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًاۢ بَعِيْدًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 136)

Tafsir Ibnu Katsir menyebutkan tentang ayat ini bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mengamalkan semua syariat iman dan cabang-cabangnya, rukun-rukunnya serta semua penyanggahnya. Tetapi hal ini bukan termasuk ke dalam pengertian perintah yang menganjurkan untuk merealisasikan hal tersebut, melainkan termasuk ke dalam Bab "Menyempurnakan Hal yang Telah Sempurna, Mengukuhkannya, dan Melestarikannya".

Perihalnya sama dengan apa yang diucapkan oleh seorang mukmin dalam setiap salatnya, yaitu bacaan firman-Nya:

اهْدِنَا الصِّراطَ الْمُسْتَقِيمَ
"Tunjukilah kami ke jalan yang lurus." (Al-Fatihah: 6)

Dengan kata lain, terangilah kami ke jalan yang lurus, dan tambahkanlah kepada kami hidayah serta mantapkanlah kami di jalan yang lurus. Allah Swt. memerintahkan kepada mereka untuk beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya." (Al-Hadid: 28)

Iman kepada Allah, tidak cukup hanya dengan percaya tentang keberadaan-Nya. Akan tetapi iman itu adalah meyakini dengan hati dan pikiran, mengakui dengan lisan dan menjalankan semua perintah (terutama perintah wajib) dan meninggalkan semua larangan-Nya (terutama yang haram).

Oleh sebab itu, jika ada seseorang yang mengakui keberadaan Allah sebagai Sang Pencipta, tetapi tidak mau mengakui dengan lisannya, maka ia tidak termasuk orang beriman. Lihatlah orang-orang Quraisy di masa lalu. Mereka dengan tokoh-tokohnya dalam hati mengakui bahwa Allah itu ada sebagai Sang Maha Pencipta. Terbukti dalam sumpah-sumpah mereka yang memakai nama Allah.

Sayangnya hanya sebatas itu, mereka juga menyembah berhala, sesuatu yang dimurkai Allah. Mereka membunuh anak-anak perempuan mereka. Padahal yang demikian itu tidak disukai Allah. Bahkan mereka tidak mengakui Muhammad sebagai Rasulullah. Itu sebabnya iman mereka tertolak. Jika iman kepada Allah maka meyakini Muhammad sebagai Rasulullah, adalah satu paket yang tidak bisa dipisahkan.

Sedangkan iman kepada Rasulullah Saw adalah mengakui bahwa semua yang dari Muhammad itu tidak lain berasal dari Allah. Selanjutnya mengakui dan menjalankan syari'at Rasulullah adalah keniscayaan yang harus dijalankan, tanpa tapi, tanpa boleh memilih hanya yang disukai saja.

Sebenarnya semua itu adalah esensi dari syahadat yang kita baca setiap adzan dan solat.

اشهد ان لا اله الا الله
"Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah." Maksudnya adalah saya mengakui tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Ini juga bermakna bahwa ketundukan hanya berlaku kepada Allah, bukan yang lain. Maka hanya aturan Allah yang wajib ditaati. Kalaupun ada ketaatan selain Allah tetap harus bersandar bahwa hal itu tidak melanggar aturan Allah.

Misal istri taat pada suami karena Allah memerintahkannya. Selama perintah suami tidak melanggar ketentuan Allah. Kalau misal suami menyuruh mencuri apalagi menjual diri, tidak wajib dipatuhi. Bahkan wajib untuk mengingatkan dan meninggalkan kemaksiatan yang diperintahkan. Begitupun anak terhadap orang tua. Ketika perintah orang tuanya itu tidak bertentangan dengan syariat, selama itu ia wajib mematuhi orang tuanya. Lebih luas lagi kepatuhan pada penguasa. Ada perintah Allah agar patuh kepada penguasa, maka kepatuhan itupun sebatas yang sesuai dengan aturan Allah.

واشهد ان محمدا رسول الله
"Dan saya bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah." Hal ini bermakna bahwa mengakui bahwa semua yang datang bersama Muhammad tidak lain adalah dari Allah semata. Oleh sebab itu, wajib bagi orang yang mengaku beriman untuk patuh dan taat kepada Muhammad Rasulullah Saw.

Apapun yang diperbuat, diucapkan ataupun ditetapkan Muhammad Rasulullah wajib kita ikuti dan patuhi sebagai sunnah yang tidak perlu diperdebatkan. Bagaimana Rasulullah sebagai penguasa memimpin rakyat, harus di contoh. Bagaimana Rasulullah menerapkan hukum yang tidak pernah lepas dari Al Qur'an wajib ditiru.

Salah satu contoh bagaimana Rasulullah menerapkan hukum, dikutip dari riwayat Aisyah RA dijelaskan sebagai berikut:

عن عائشة رضي الله عنها: أن قريشا أهمهم شأن المخزومية التي سرقت ، فقالوا : من يكلم فيها رسول الله صلى الله عليه وسلم ؟ فقالوا : ومن يجترئ عليه إلا أسامة بن زيد حب رسول الله صلى الله عليه وسلم فكلمه أسامة ، فقال : أتشفع في حد من حدود الله ؟ ثم قام فاختطب ، فقال : إنما أهلك الذين من قبلكم أنهم كانوا إذا سرق فيهم الشريف تركوه ، وإذا سرق فيهم الضعيف أقاموا عليه الحد ، وايم الله : لو أن فاطمة بنت محمد سرقت لقطعت يدها
Ada seorang wanita yang telah mencuri. Dia berasal dari keluarga terhormat dan disegani dari Bani Makhzum.

Karena perbuatannya, ia pun harus dihukum sesuai dengan aturan yang diterapkan saat itu, yaitu dengan dipotong tangannya. Namun, kaum dan keluarga wanita itu merasa keberatan. Karena itu, mereka melakukan berbagai upaya untuk memaafkan wanita itu dan membatalkan hukuman potong tangan.

Akhirnya, mereka menemui Usamah bin Zain, seorang sahabat yang dekat dan dicintai Rasulullah. Mereka memohon kepada Usamah untuk menghadap Rasulullah dan menyampaikan maksud mereka.

Setelah itu, Usamah kemudian beranjak pergi menemui Rasulullah dan menyampaikan keinginan keluarga wanita yang melakukan pencurian itu. Setelah mendengarakan permintaan itu, Rasulullah pun terlihat marah, lalu berkata, “Apakah kau meminta keringanan atas hukum yang ditetapkan Allah?

Kemudian, beliau berdiri dan berkhutbah di hadapan kaum muslimin hingga sampai pada sabdanya:

Sesungguhnya yang telah membinasakan umat sebelum kalian adalah jika ada orang terhormat dan mulia di antara mereka mencuri, mereka tidak menghukumnya. Sebaliknya jika orang rendahan yang mencuri, mereka tegakkan hukuman terhadapnya. Demi Allah, bahkan seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya!”.

Tidak ada yang berubah pada ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Wanita dari keluarga yang terhormat itu tetap harus menjalani hukuman potong tangan. Aisyah Ra menuturkan, “Wanita itu kemudian bertobat, memperbagus tobatnya, dan menikah. Ia pernah datang dan menyampaikan hajatnya kepada Rasulullah.

Ditekankan pada akhir ayat itu, "Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh."

Bagaimana keadaan umat hari ini? Banyak aturan Allah dan Rasul-Nya yang dengan terang-terangan ditolak, dengan alasan tidak sesuai dengan hak asasi manusia. Lalu mana yang harus lebih dipatuhi, Allah sebagai Pencipta manusia dan alam semesta ataukan piagam kesepakatan manusia?

Ya Allah, tunjukkan kami jalan yang lurus. Yaitu jalan yang Engkau ridloi, bukan jalan orang yang Engkau murkai, bukan pula jalan yang sesat. Aamiin.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Mojokerto, 19 Agustus 2021

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.