Type Here to Get Search Results !

PENERAPAN SYARIAH ISLAM PASTI MEMBAWA KEBERKAHAN


Gelombang menuju perubahan di tanah air terasa semakin kuat. Pasalnya, banyak orang merasakan Indonesia saat ini makin terpuruk. Padahal Indonesia adalah negara besar dan sangat kaya sumber daya alamnya. Namun, Indonesia belum bisa menjadi negara unggul dibandingkan dengan negara-negara lain. Bahkan di tingkat ASEAN sekalipun. Sejumlah kebutuhan pokok seperti beras, gandum, susu dan daging malah diimpor dari negara lain.

Di negeri ini lebih dari 10 juta lebih warga berada dalam kemiskinan ekstrem. Negeri ini juga menduduki peringkat ke-2 prevalensi stunting tertinggi di ASEAN. Utang luar negerinya tahun lalu tembus Rp 8 ribu triliun. Ketimpangan ekonominya malah semakin meningkat. Penegakan hukumnya tidak berpihak pada warga. Hasil survei KedaiKopi tahun lalu menunjukkan ada 54,5 persen warga di negeri ini merasa tidak puas dengan penegakan hukum.

Itulah sebabnya rakyat Indonesia sangat berharap ada perubahan dengan kepemimpinan yang baru.


Perubahan Menuju Islam


Al-Quran mengingatkan bahwa nasib suatu kaum ditentukan oleh kemauan kaum itu sendiri untuk berubah. Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ
Sungguh Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (TQS ar-Ra’du [13]: 11).

Akan tetapi banyak pihak yang menggunakan ayat ini sebagai dasar untuk melakukan perubahan tanpa menyertakan upaya yang harus dilakukan. Padahal yang dimaksud adalah perubahan menuju kebaikan dan keberlimpahan hidup sebagai buah dari keimanan dan ketaatan. Imam as-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan: “Sungguh Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum”, yakni berupa kenikmatan, curahan kebaikan dan kehidupan yang enak. “Hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”, yakni dengan beralih dari keimanan menuju kekufuran; dari taat menuju maksiat; atau dari sikap mensyukuri nikmat-nikmat Allah ke singkap mengingkari nikmat-nikmat-Nya tersebut. Karena itu Allah mencabut semua kenikmatan itu dari mereka. Begitu pula sebaliknya. Jika para hamba Allah mengubah kondisi mereka dari maksiat menuju taat kepada Allah, niscaya Allah akan mengubah kondisi kesengsaraan yang menyelimuti mereka sebelumnya menuju kebaikan, kebahagiaan dan ghibthah (semangat iri dalam kebaikan) serta rahmat. (As-Sa’di, Taysîr al-Karîm al-Manân fî Tafsîr al-Qur’ân, 4/724-725).

Jelaslah tidak akan pernah ada perubahan meskipun figur pemimpinnya sudah bergonta-ganti selama umat belum meninggalkan aturan-aturan dan ideologi selain Islam. Kehidupan yang lebih baik dan penuh berkah baru akan terjadi manakala umat ini berubah menuju iman dan takwa dengan menerapkan syariah Islam.

Meruyaknya kerusakan di tengah manusia seperti kemiskinan, kerusakan moral, kriminalitas, adalah akibat dari kemaksiatan dan kemungkaran manusia yang berlari dari syariat Islam. Allah ﷻ berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan-Nya) (TQS ar-Rum [30]: 41).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna “karena perbuatan tangan manusia” dengan mengutip pernyataan Abu Aliyah, yakni: “Siapa saja yang bermaksiat kepada Allah di bumi maka ia telah merusak bumi. Ini karena memperbaiki langit dan bumi adalah dengan ketaatan (kepada Allah).” (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-’Azhîm, 6/287).

Selamanya kehidupan umat manusia akan rusak jika diisi dengan kemaksiatan dan kemungkaran. Kemaksiatan dan kemungkaran terbesar adalah mencampakkan hukum-hukum Allah dan memilih selain hukum-hukum-Nya. Inilah masalah yang sesungguhnya terjadi saat ini, khususnya di negeri ini. Tak akan pernah ada kebaikan selama tidak menerapkan syariah-Nya secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan.


Kewajiban Penerapan Syariah Islam


PR besar umat Muslim hari ini sesungguhnya adalah bagaimana menerapkan syariah Islam dalam kehidupan. Bukan sekadar menciptakan kemajuan materi dan kemakmuran. Penerapan syariah Islam adalah kewajiban. Bukan sekadar pilihan. Sikap ini sekaligus menentukan keimanan seorang hamba. Allah ﷻ berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan. Mereka menerima (keputusan tersebut) dengan sepenuhnya (TQS an-Nisa’ [4]: 65).

Rasulullah ﷺ menyebut di antara ciri Mukmin adalah menundukkan hawa nafsunya pada risalah Islam yang beliau bawa, yakni dengan menaati hukum-hukumnya. Sabda beliau:

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa saja yang aku bawa (HR al-Hakim, al-Khathib, Ibn Abi ‘Ashim dan al-Hasan bin Sufyan).

Allah ﷻ juga memerintahkan kaum Muslim untuk menjalankan hukum-hukum-Nya. Sebaliknya, Allah melarang mereka mengikuti keinginan manusia untuk menerapkan hukum-hukum yang lain. Allah ﷻ berfirman:

وَأَنِ ٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ وَٱحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَنۢ بَعْضِ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ
Hendaklah kamu (Muhammad) memutuskan perkara di antara mereka menurut wahyu yang telah Allah turunkan. Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian wahyu yang telah Allah turunkan kepadamu (TQS al-Maidah [5]: 49).

Kewajiban ini dipertegas dengan adanya teguran dari Allah ﷻ dengan menyebut mereka yang tidak menerapkan hukum-hukum-Nya sebagai orang fasik, zalim, bahkan bisa kafir (Lihat: QS al-Maidah [5]: 44, 45 dan 47).

Allah ﷻ telah berjanji manakala kaum Muslim telah bersungguh-sungguh menjalankan ketaatan kepada Diri-Nya dengan menerapkan syariah Islam, maka Dia akan mendatangkan berbagai keberkahan kepada mereka. Allah ﷻ berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Andai saja penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Namun, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Karena itu Kami menyiksa mereka karena perbuatan mereka itu (TQS al-A'raf [7]: 96).

Sungguh keliru jika kaum Muslim berusaha melakukan perbaikan nasib untuk mendapatkan kemakmuran materi dengan mencampakkan hukum-hukum Allah. Padahal penerapan hukum-hukum Allah adalah fardhu dan akan menciptakan aneka kebaikan. Rasulullah ﷺ bersabda:

حَدٌّ يُعْمَلُ بِهِ فِي الأرْضِ خَيْرٌ لأَهْلِ الأرْضِ مِنْ أَنْ يُمْطَرُوا أَرْبَعِينَ صَبَاحًا
Penerapan suatu hukuman had di muka bumi itu lebih baik bagi penduduknya daripada hujan turun selama 40 hari (HR Ibnu Majah).

Terbukti, dengan penerapan syariah Islam, hanya dalam waktu singkat rakyat di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, misalnya, mendapatkan kemakmuran ekonomi yang luar biasa. Saat itu bahkan di Jazirah Arab tidak ada yang mau menerima zakat. Keamanan juga meningkat hingga domba-domba pun aman dari terkaman serigala.


Kemakmuran Palsu


Ada yang berargumen bahwa banyak negara di dunia memiliki tatanan kehidupan yang baik, makmur dan berkeadilan tanpa syariah Islam. Al-Quran menjawab bahwa segala perubahan yang membawa kemakmuran dan kemajuan yang datang dari aturan di luar Islam adalah palsu. Semua itu pasti berujung pada penderitaan. Allah ﷻ berfirman:

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
Ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Lalu ketika mereka bergembira dengan kesenangan yang telah diberikan kepada mereka itu, Kami menyiksa mereka secara tiba-tiba. Ketika itu mereka terdiam putus asa (TQS al-An’am [6]: 44).

Ideologi dan aturan kehidupan selain Islam seperti demokrasi dan kapitalisme, juga sosialisme-komunisme, bisa saja mengantarkan manusia pada kemakmuran, ketertiban dan penegakan hukum. Namun, di mata Allah ﷻ hal itu adalah kemungkaran, yang bisa menjerumuskan manusia ke dalam keterpurukan. Allah ﷻ berfirman:

وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran), sungguh dia akan merasakan kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta (TQS Thaha [20]: 124).

Wahai kaum Muslim! Marilah kita bersegera menuju perubahan hakiki. Caranya adalah melepaskan diri dari hukum-hukum jahiliah menuju penerapan hukum-hukum Allah di bawah naungan Khilafah Islamiyah. Inilah kewajiban agung yang akan mengantarkan kita semua pada keberkahan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.


Hikmah:

Allah ﷻ berfirman:

اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ ࣖ
Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)? (TQS al-Maidah [5]: 50).

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Kaffah Edisi 332

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.