Type Here to Get Search Results !

BEDA STANDAR


Oleh: Lia Herasusanti

Netizen sedang ramai membicarakan batalnya Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 ya. Sebenarnya saya ga terlalu peduli dengan persepakbolaan ini. Tapi saat dikabarkan di ajang tersebut ada Israel sebagai salah satu pesertanya, tentu saja saya menjadi bagian yang menolak kedatangannya.

Kamu tanya kenapa? Simpel saja. Saya Muslim. Saya tahu bagaimana Israel merebut tanah saudara saya. Bukan hanya merebut, bahkan membunuhi saudara saya di Palestina. Dan itu masih terus berlangsung hingga saat ini. Jadi apa yang saya lakukan adalah bukti kecintaan saya pada sesama muslim sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah ﷺ dalam haditsnya,

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya). (HR. Bukhari dan Muslim).

Maka yang harus dipertanyakan justru muslim yang tak peduli dengan kondisi saudaranya. Malahan beramah-tamah dengan musuh yang menyakiti saudaranya.

Dari komentar-komentar di sosmed, ternyata banyak muslim yang menyesalkan pembatalan Indonesia oleh FIFA tersebut. Mereka menyesalkan kerugian besar Indonesia akibat pembatalan ini. Mulai dari hilangnya peluang Indonesia ikut Piala Dunia, atau matinya persepakbolaan Indonesia jika Indonesia dilarang untuk mengadakan liga lagi dan beberapa kerugian lain yang sifatnya materi.

Beginilah kondisi pola pikir muslim dalam sistem kapitalis. Standar perbuatan adalah materi, bukan lagi tuntunan syariat. Permainan menjadi begitu utama, melebihi nyawa saudaranya sendiri. Nastagfirullah.

Pembentukan pola pikir seorang muslim tentu saja bukan terjadi secara tiba-tiba. Ia adalah hasil dari proses berpikir yang meliputi fakta, otak, panca indra dan informasi yang diterima.

Kondisi kebanyakan kaum muslimin saat ini, informasi yang diterimanya didominasi oleh informasi yang sudah dipengaruhi penguasa dunia, yaitu pemikiran kapitalis sekuler. Pemikiran ini masuk melalui kurikulum, media dan sumber-sumber informasi lainnya. Karenanya tak heran jika kita temui banyak orang muslim namun pemikirannya sekuler. Meskipun Al Quran dan sunnah memberi petunjuk pada mereka tentang bagaimana mensikapi fakta, namun mereka menganggap petunjuk itu tak penting, karena mereka mengikuti petunjuk manusia.

Agar muslim mau kembali menjadikan Al Quran dan sunnah menjadi rujukan hidup/informasi baginya, tentu saja butuh dakwah. Dan dakwah yang paling efektif adalah dakwah yang dilakukan oleh negara. Karena ia akan langsung menyentuh proses pendidikan formalnya melalui kurikulum atau informasi negara melalui berbagai macam media.

Sayangnya, negeri kita, meskipun mayoritas penduduknya muslim, belum mau menerapkan aturan Islam. Sehingga kurikulum dan media informasinya masih mengiblat ke barat. Pemikiran mayoritas muslim pun masih mengekor ke Barat.

Akhirnya jangan heran, ketika isu pembatalan piala Dunia U-20 oleh FIFA merebak, tudingan-tudingan miring pun ditujukan pada muslim yang menyerukan penolakan tim Israel. Yah, beginilah dampak yang terjadi, saat standarnya (informasi) yang dipakai dalam proses berpikirnya belum sama (Islam).

Negeriku oh negeriku...

Dalam surat Al An'am ayat 114 menerangkan:

أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ مُفَصَّلًا ۚ وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
"Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Qur'an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu."

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.