Type Here to Get Search Results !

SERUAN ALLAH UNTUK MENEPATI JANJI


Oleh: Arik Rahmawati

Di dalam surat Al Maidah ayat satu Allah ﷻ menjelaskan bahwa seorang mukmin diseru oleh Allah untuk menepati janji-janjinya. Adapun ayatnya ini hanya dikhususkan untuk orang-orang mukmin saja. Karena hanya orang-orang yang berimanlah yang akan menyambut seruan Allah ﷻ tersebut. Orang-orang yang beriman mendapat tempat khusus dan Istimewa di sisi Allah ﷻ. Berikut ayat yang disampaikan Allah di dalam surat Al Maidah ayat 1 sebagai berikut

.يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَوۡفُوۡا بِالۡعُقُوۡدِ‌
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji.

Allah ﷻ menyeru dengan sapaan yang lembut di awal ayat ini yakni menyeru dengan menggunakan predikat kalimat orang-orang yang beriman.

Iman adalah sebuah predikat tertinggi bagi seorang hamba. Wajah yang cantik, wajah yang tampan, harta yang banyak, serta jabatan bukanlah penentu kemuliaan seseorang. Meskipun gelarnya adalah profesor doktor sekalipun tak akan berguna jika kita sudah tiada. Untuk itu sudah selayaknya kita bangga dan senang jika Allah ﷻ menyapa kita dengan predikat tertinggi yakni orang-orang yang beriman.

Setelah menyapa dengan predikat tertinggi Allah ﷻ memberikan perintah kepada hamba-Nya. Inilah konsekuensi kita sebagai orang yang beriman. Mendapatkan amanah yang tidak diberikan kepada orang-orang yang tidak beriman. Ini adalah amanah yang khusus untuk hamba-hambanya yang beriman saja.

Dari ayat ini Allah meminta orang-orang yang beriman untuk memenuhi janji-janjinya. Kata janji di sini menggunakan lafadz jamak. Artinya janji manusia itu sangat banyak. Apabila diperhatikan janji manusia itu ada tiga macam. Yakni janji manusia kepada manusia yang lain, janji manusia kepada Allah ﷻ dan janji manusia kepada dirinya sendiri.

Janji manusia kepada Allah ﷻ adalah janjinya untuk setia kepada Allah ketika sudah lahir di dunia. Jadi sejak manusia itu berada di dalam kandungan ibundanya saat berusia 4 bulan maka Allah meniupkan ruh dalam janin bayi tersebut. Di sanalah Allah menyampaikan tawaran kepada manusia untuk berkomitmen kepada Allah. Lalu manusia menerimanya.

Adapun isi perjanjian antara Allah dan manusia ketika masih berupa janin ada di dalam surat Al A'raf ayat 7 sebagai berikut,

أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
(Allah berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan),” (QS. Al-A’raf [7] : 172).

Lantas banyak manusia yang mengingkari janji. Mereka tidak menyembah Allah. Bahkan menyekutukan Allah. Mereka lupa atas janjinya sendiri terhadap Rabbnya. Untuk itulah Allah datangkan rasul-rasul untuk mengingatkan janji-janji mereka kepada Rabnya. Sehingga tak ada alasan lagi bagi manusia untuk tidak beriman kepada Allah ﷻ.

Adapun janji yang kedua adalah janji manusia kepada manusia yang lain. Misalnya aqad penjual dan pembeli yang harus ditepati. Tak boleh ada kecurangan. Realisasi aqad nikah antara suami dan istri hendaknya juga dilaksanakan. Suami telah berakad untuk menafkahi, memelihara, mendidik, menjaga istri dan anak-anaknya.

Aqad pinjam-meminjam juga harus diperhatikan. Karena banyak di antara kita ketika meminjam semangat 45, lalu ketika mengembalikannya sangat berat dan penuh beban.

Adapun janji terhadap diri sendiri misalnya berniat untuk pergi haji jika sudah mendapatkan uang, berniat untuk tasyakuran jika sudah khatam Al Quran, berkurban kambing setiap tahun dan lain sebagainya. Maka jika itu sudah diniatkan dan masuk wilayah nazar maka wajib dilaksanakan.

Nah inilah yang diingatkan Allah ﷻ di dalam surat Al Maidah ayat satu. Orang-orang yang beriman itu hendaknya memenuhi aqad-aqadnya selama di dunia. Jika ia tidak memenuhi satu saja aqad yang pernah ia janjikan maka ia termasuk orang yang munafik. Hendaknya hal ini menjadi pengingat kita agar selalu berlindung kepada Allah atas perbuatan dzallim tersebut.

Hari ini banyak kita saksikan kemunafikan di tengah-tengah kita. Betapa banyak orang mengaku muslim yang tidak sholat, tidak mau pergi haji, tidak mau berdakwah serta masih enggan untuk berjuang di jalan Allah. Mereka lebih memilih dunia yang hanya sementara dan mengorbankan akhirat yang selama-lamanya.

Untuk itu perlu sebuah komunitas yang kondusif agar manusia bisa menjalankan ketiga janjinya tersebut. Komunitas yang menjadikan mereka tertib ibadah rapi dalam bermuamalah dan selesai dengan urusan dirinya sendiri. Komunitas itu tak lain adalah sebuah negara yang menerapkan syariah Islam sebagai sistem kehidupan.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.