Oleh: Dewi Purnasari
Aktivis Dakwah Politik
Pemuda dan pemudi Muslim adalah harapan umat di masa yang akan datang. Hal ini karena pemuda hari ini adalah calon pemimpin di masa depan. Di masa depan, kita, orang tua, mungkin sudah semakin tua atau bahkan sudah tiada. Maka para pemuda inilah yang harus meneruskan estafet perjuangan meninggikan Kalimat Allah. Mereka harus menjaga diri agar selalu berada di jalan yang benar dan menjadi pembela Islam di masa depan.
Menjadi pembela Islam artinya siap memperjuangkan tegaknya sistem Islam secara kaffah. Sementara di saat sistem Islam sudah diterapkan, para pemuda harus siap menjalankan roda pemerintahan di dalam Daulah Islam. Tengoklah lintasan sejarah, bagaimana seorang Muhammad al-Fatih mampu menjadi Amirul Jihad (Panglima Perang) di usia 17 tahun. Ia kemudian dipilih menjadi Khalifah di usia 24 tahun. Contoh lain adalah Usamah bin Zaid. Ia adalah sahabat Rasulullah yang diangkat menjadi panglima perang pada penyerangan ke kekaisaran Bizantium di Balqa saat ia berusia 18 tahun.
Visi dan misi pemuda-pemudi Islam memang harus menjadi penolong agama Allah. Para pemuda harus memiliki kepribadian Islam yang ditempa di majelis-majelis ilmu dan pembinaan (perhalaqahan). Hal ini menjadi penting mengingat kepribadian Islam adalah hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang beriman. Pemuda berkepribadian Islam akan memancarkan pemikiran, pendapat dan tingkah laku yang syar’i. Untuk itulah mereka akan senantiasa menimba ilmu-ilmu dan tsaqofah Islam dan menjalankannya.
Pemuda berkepribadian Islam juga selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga menjauhkan dirinya dari segala perbuatan yang dilarang oleh Allah. Idrak silah billah ini akan melahirkan keistiqamahan dalam berpegang pada al-Quran dan as-Sunnah. Bahkan mereka harus bangga menjadi seorang Muslim, karena itu artinya mereka telah tertunjuki ke jalan yang lurus.
Pemuda Muslim masa depan harus mengenal sejarah zaman keemasan Islam yang pernah Berjaya selama 13 abad lamanya. Luas wilayah Kekhilafahan Islam saat itu telah meliputi 2/3 belahan dunia. Ulama-ulama dan para ilmuwan juga begitu banyak pada masa kegemilangan Islam itu. Sistem pendidikan Islam telah nyata berhasil melahirkan ulama-ulama besar dan para ilmuwan yang namanya harum hingga saat ini.
Diantara sekian banyaknya ulama, di masa itu ada Imam Bukhari (194 H-256 H), Ahli Hadits, karyanya diantaranya: Al Jamius Shahih, yang lebih terkenal dengan Shahih Bukhari. Imam Bukhari meneliti 300.000 hadits, yang diriwayatkan 1000 orang dan hadits yang dipilih hanya yang shahih yaitu 7.275.
Ada pula, Imam Syafii (150 H-204 H), Ahli Fiqih, hafal Al Quran di usia 7 tahun, diantara karyanya: Ar Risalah Al Qadimah (Kitab al Hujjah), Ar-Risalah Al-Jadidah, Kitab al Umm. Imam Hambali ( 164 H-241 H) Ahli Hadits dan Fiqih, Karyanya: Musnad Ahmad Hambali, beliau memeriksa 750.000 hadits dan beliau memilih yang Shahih 40.000.
Selanjutnya dalam bidang saintek, pada masa Kekhilafahan Abbasiyah yaitu Khalifah al Makmun, lahir pakar-pakar yang hebat, antara lain: Khawarizmi/Algorizm, pakar matematika, geografi & astronomi. Pada masa Khalifah Al Makmun, beliau membuat observatorium di Baghdad, menyusun Tabel Makmun yang telah diverifikasi. Tabel itu sangat berguna untuk menentukan posisi secara tepat melalui penentuan garis lintang dan garis bujur. Posisi-posisi bintang bisa ditentukan secara akurat yang sangat berguna bagi Kapal laut yang berlayar. Ada pula Ibnu Sina/Avecenna (908-1037M), pakar kedokteran, pakar ilmu pemerintahan, filsafat, astronomi & matematika.
Pemuda Muslim masa depan juga harus memiliki rasa takut dan malu berbuat maksiat. Ingatlah selalu firman Allah dalam Surah al-Hasyr ayat 18: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Selain itu, pemuda Muslim masa depan juga harus berteman dengan teman-teman yang salih. Yaitu teman-teman yang selalu menasihati dalam kebenaran dan saling menguatkan dalam kesabaran. Teman-teman seperti inilah yang mengajak ke surga, bukan ke neraka. Bersama teman-teman yang salih, para pemuda-pemudi kita akan saling menguatkan dalam langkah perjuangan meraih kejayaan Islam kembali.
Para pemuda dan pemudi yang bersinergi dalam barisan yang kokoh tentu akan menjadi kekuatan yang luar biasa bagi kebangkitan umat. Mereka akan bisa mewujudkan predikat dari Allah ﷻ kepada seluruh kaum Muslim, yaitu sebagai umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali ‘Imran ayat 110).
Menurut Imam Ibnu Katsir, Khairu Ummah juga bermakna Khairunnaas, yaitu yang memberi manfaat kepada manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Dengan demikian Khairunnaas adalah orang yang berdakwah menegakkan Islam secara Kaffah. Dengan demikian para pemuda Muslim tidak akan melakukan aktifitas mengokohkan sistem kapitalisme, sekularisme dan liberalisme. Mereka juga mengerti keburukan-keburukan pemikiran moderasi beragama, gender equlity dan pemikiran sesat yang lain.
Demikianlah seharusnya visi dan misi pemuda-pemudi Muslim masa depan. Sebagaimana kita para orang tua mereka, mereka harus mempelajari, memahami dan meyakini serta memperjuangkan kejayaan Islam yang telah dijanjikan Allah kepada kaum Muslimin. Ini sebagaimana firman Allah di Surah an-Nur ayat 55: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang salih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa.”
Jelaslah tugas kita sebagai para orang tua dari pemuda dan pemudi Muslim sangat berat. Kita harus mempersiapkan anak-anak kita agar memiliki kepribadian Islam yaitu membentuk pola pikir mereka berdasarkan akidah Islam dan pola sikap mereka juga berdasarkan akidah Islam. Hal ini tentu tidak mudah, karena kita berada di dalam masyarakat dan negara yang rusak mental dan akhlak orang-orangnya, hingga pemimpin dan para pejabatnya. Karenanya, marilah kita bersama jamaah dakwah semakin mempererat genggaman kita pada tali Allah yang kokoh.
Rasulullah ﷺ telah mengingatkan manusia: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah tali Allah yang kokoh, dialah cahaya yang nyata, ia juga obat yang bermanfaat, pencegah dosa bagi siapapun yang berpegang teguh kepadanya, dan kemenangan bagi siapa saja yang mengikutinya.” (HR Hakim).
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”