Type Here to Get Search Results !

JANGAN MENUNDA!


Oleh: Lia Herasusanti

"Saya dengan mamah itu seperti air dan minyak. Susah nyatunya bu. Dari kecil mamah ngebekelin kita agama, ketat banget. Kemudian setelah saya semakin besar, saya hidup bersama teman-teman yang 'modern' banget. Bayangin, ada temen saya yang datang ke rumah pakai celana pendek banget, dan mamah bilang ga boleh masuk, kecuali pakai baju sopan. Akhirnya saya ambil sarung, dan dia pakai sarung selama di rumah saya...Ha...Ha.

Dengan kondisi seperti itu, kebayang dong, bagaimana pandangan saya waktu itu terhadap mamah. Sementara temen-temen serba boleh, saya serba ga boleh. Sampai akhirnya, saya berpikir, setelah nikah, saya ga mau tinggal dekat mamah. Saya menjauh, biar ga banyak aturan. Tapi qodharullahnya, apartemen tempat saya tinggal, kosong. Akhirnya, Allah tempatkan saya tinggal di rumah yang ga jauh dari rumah mamah.

Belakangan baru saya bersyukur. Dulu saya melihat rumah tangga mamah papah ga pernah ribut. Sementara saya, banyak cobaan di rumah saya. Dan kemana lagi saya mencari penyelesaian selain ke mamah. Akhirnya semua terbuka. Apa yang mamah tanamkan selama ini, apa yang mamah ajarkan adalah hal-hal yang bisa menuntun kita menyelesaikan masalah-masalah kehidupan yang ga selalu baik-baik saja. Apalagi sekarang saya punya anak juga. Saya akan selalu dekat mamah, sehingga setiap masalah saya bisa meminta penyelesaiannya pada beliau."

Saya mendengarkan curhat seorang ibu muda semalam dalam sebuah kajian. Curhat yang dalam versi aslinya membuat mamahnya yang ada dalam kajian itu juga meneteskan air mata. Apa yang ditanamkannya selama ini membuahkan hasil. Pernah sangat-sangat khawatir akan kondisi putrinya. Namun seiring waktu, putrinya bisa memahami maksud didikan mamahnya yang dinilai putrinya keras. Dan itu semua tak lepas dari doa seorang ibu, dan keyakinan berpegang teguh pada tali ajaran Allah, maka Allah bukakan jalan. Alhamdulillah.

Banyak versi pendidikan anak yang berkembang saat ini. Dari kejadian yang saya dengar di atas, satu yang saya yakini. Ibu harus memiliki pemahaman Islam. Didik anak-anak untuk hanya berpegang pada aturan Allah. Walaupun awalnya dalam bentuk doktrin, seiring pertumbuhan usia, anak mulai diajak berfikir. Jika tak bisa menyampaikannya, bisa dilibatkan dalam kajian. Di sana ia akan menemukan pemahaman Islam secara utuh. Bukan sekedar obrolan ringan atau bahkan dianggap sebagai doktrin.

Membekali anak untuk memiliki pemahaman dari proses berpikirnya sendiri sangat penting, karena kita tak akan menyertainya selamanya. Anak yang mengikuti kajian akan memiliki ilmu untuk menjalani kehidupannya tanpa perlu bergantung pada ibunya.

Jadi, jika ada orang tua yang saat ini belum 'sefrekuensi' dengan anaknya, jangan putus asa. Dampingi terus. Tak ada batas waktu dalam mendidik anak-anak. Selama nyawa masih dikandung badan, tugas orangtua untuk selalu membimbing anaknya. Sampaikan terus tuntunan Allah. Iringi dengan doa, karena peran Allah-lah yang membukakan hati dan pikirannya. Dari sini ia paham apa yang orang tuanya sampaikan tak lain dan tak bukan hanyalah untuk kebaikannya.

Bagi para anak, pengalaman di atas bisa jadi pelajaran. Tak perlu menunggu hingga berumah tangga dan memiliki anak untuk dapat memahami bahwa apa yang dilakukan orangtua, pasti selalu yang terbaik bagi dirinya. Dan untuk memahaminya tentu butuh ilmu. Tuntutlah ilmu, ikutlah kajian, jangan menunda. Jangan sampai hatimu menjadi keras, hingga kebenaran Islam semakin sulit untuk masuk ke dalamnya. Na'udzubillah.

Pada surat Al Hadid ayat 16 menerangkan,

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik."

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.