Type Here to Get Search Results !

MERDEKA HAKIKI


Oleh: Surya Ummu Fahri

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. (QS. Ya Sin Ayat 82)

Sepanjang jalan sejauh mata memandang tampak kibaran merah putih melambai-lambai. Hiasan khas bulan Agustus yang membuat semua jalan dan juga gang kecil menjadi berwarna-warni. Bahkan jadwal deretan pawai dari awal bulan sampai akhir pun penuh tak bersisa. Semuanya saling berlomba menyemarakkan kemerdekaan.

Namun rasanya janggal jika disebut merdeka dalam arti yang hakiki. Kenapa? Bukankah kita memang sudah merdeka? Mengapa janggal disebut merdeka? Apakah karena hutang negara yang mencapai 7.000 triliun? Bisa jadi.

Yang namanya merdeka, bukan sekedar bebas dari penjajah dalam arti yang tampak nyata. Nyatanya kali ini, kita tak sadar bahwa kita masih dalam kondisi terjajah. Hutang yang menggunung, generasi yang banyak namun seperti stroberi tak tahan dengan berbagai persoalan, kriminalitas yang bagai gunung es, campur tangan Asing dan Aseng dalam berbagai bidang, kesehatan yang buruk, perekonomian yang tak bisa dibayangkan. Entah masalah apa saja yang tak bisa disebut satu persatu.

Rasanya sungguh tak pantas merayakan kemerdekaan yang diperjuangkan para pahlawan dengan segala harta, jiwa dan raganya dengan segala bentuk perayaan dengan model sekarang. Kiranya mereka tahu maka mereka akan menangis. Kenapa? Karena perjuangannya hanya dinilai pada saat bulan Agustus? Tidak, tapi karena apa yang mereka rayakan dan bagaimana mereka merayakan kemerdekaan. Sungguh membuat hati mereka pilu.

Andai boleh berkata mereka akan berkata, "Kami berjuang bukan agar kau bisa berjoget dijalanan, atau menjadi gila sehari dengan dalih merayakan kemerdekaan!" Bisa pula berkata, "Kemerdekaan yang kami perjuangkan bukan agar kau menjadi lemah dan tunduk pada Asing dan Aseng." Dan masih banyak lagi.

Lah, terus bagaimana sekarang mengatasi segala permasalahan itu agar kita bisa dikatakan sebagai bangsa yang merdeka secara hakiki? Apakah nambah utang lagi buat bayar hutang? Pastinya nggak lah. Berhutang buat bayar hutang itu sama saja kita menambah hutang makin banyak. Lagian hutang itu hanya menunjukkan bagaimana lemahnya sistem ekonomi kita.

Coba lihat saja seseorang yang punya kendaraan dengan cara hutang. Sumpah, bingungnya tiap bulan buat bayar cicilan, padahal jika dibeli dengan cash hanya separuhnya saja. Belum lagi kena denda dan berbagai permasalahan lainnya. Bukannya untung malah buntung. Jika belum lunas, dia sudah mengambil kredit lagi maka dia akan makin kacau hidupnya karena gali lubang tutup lubang. Makin banyak dong yang berlubang.

Bahkan dapat kita amati, setiap orang yang memberi hutang dipastikan bisa membuat orang yang dihutangi menuruti keinginannya. Sehingga dipastikan bahwa dari hutang ini, ada misi tersembunyi di baliknya. Maka selayaknya jangan pernah berhutang.

Terus solusinya bebas merdeka dari semua permasalahan itu bagaimana? Bukankah selama ini sudah berusaha untuk mengatasi itu hanya saja belum terlihat hasilnya. Meskipun sebenarnya ada solusi yang jauh lebih sempurna dan paripurna. Hanya saja masih saja ada yang menolak dan tak mau taat pada aturan tersebut.

Bila ditelisik dari ayat diatas, maka semua permasalahan yang ada dalam hidup kita jika Allah berkehendak segalanya begitu mudah selesai bukan? Hanya saja kita yang tak mau dan tak mau tahu dengan syariat Allah hingga permasalahan yang ada kian rumit dan runyam. So, masihkah kita betah dengan kondisi hari ini dan tak mau dengan aturan Islam? Semoga Allah segera memberikan pertolongan kepada kita semua. Aamiin.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.