Type Here to Get Search Results !

TIDAK ADA PERANTARA DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH


Oleh: Desi

وَكَذَٰلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ
"Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka". (QS. Az-Zukhruf ayat 23).

Ketika kau mengingatkan kerabatmu atau temanmu agar tidak melakukan ritual-ritual yang tidak ada tuntutannya dalam Islam, lalu kau menerima jawaban dari mereka, "Ritual ini sulit untuk ditinggalkan, karena sudah turun temurun dilakukan dan sebagai bentuk bakti kami kepada leluhur, maka kami lestarikan tradisi ini." Maka jangan heran, kejadian serupa sudah sering dialami oleh para pemberi peringatan yang hidup jauh sebelum kita lahir.

Persis seperti kisah nabi Ibrahim as, saat mengingatkan kaumnya agar meninggalkan penyembahan terhadap berhala dan kembali mengEsakan Allah ﷻ. Ketika nabi Ibrahim as mempertanyakan itu kepada kaumnya, tidak ada yang bisa menjawab. Mereka terus dan tetap menyembah berhala karena itu sudah menjadi tradisi turun-temurun dari nenek moyang mereka. Inilah yang diabadikan dalam firman Allah ﷻ:

قَالُوا وَجَدْنَا آبَاءَنَا لَهَا عَابِدِينَ
Mereka menjawab: “Kami mendapati bapak-bapak Kami menyembahnya. (QS. Al-Anbiya ayat 53).

Ternyata, hari ini kesyirikan itu masih kental di sekitar kita. Di depan mata kita menyaksikan, mereka beribadah kepada Allah namun disisi lain mereka menghidangkan sesaji untuk roh leluhur mereka di malam-malam tertentu. Mereka merapalkan doa saat aroma kemenyan mengudara. Mereka berdalih, ritual itu sebagai perantara dikabulkannya doa-doa mereka.

Ironis hal itu terjadi disaat majlis-majlis ilmu banyak tersebar disekitar kita. Kajian-kajian umum menjamur di masyarakat. Disaat kita sangat dimudahkan dalam mengakses informasi tentang Islam. Namun disaat yang sama kita tidak memanfaatkan kemudahan tersebut.

Biar bagaimanapun kita harus jeli dan kritis, tanyakan pada hatimu asal mula ritual itu dilakukan dari mana, pastikan kebenarannya. Jangan hanya karena keluarga kita melakukannya, lantas kita langsung mengakui benar dan mempercayainya. Cobalah berpikir apakah Allah butuh perantara itu sebagai bentuk penyembahan kita? Jangan sampai kita mengikuti sesuatu yang menjerumuskan kita dalam kesyirikan.

Bagaimana seharusnya kita menghamba kepada pencipta yaitu Allah SWT. Hal itu telah diatur di dalam Al-Qur'an, ayat-ayatnya jelas sebagai perintah dan peringatan. Tinggal dibuka dibaca dimengerti dan tanyakan pada guru agar tidak salah tafsir. Di situ kita akan paham bahwa kita berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita. Jika kita sudah paham, otomatis akan menghindari perbuatan yang tidak ada tuntunannya dalam agama.

Berkumpullah dengan orang-orang yang gemar hadir di kajian ilmu, disana kau akan dirangkul, digandeng, berjalan bersama menuju ketaatan kepada Allah yang Esa. Dan kau akan diajak berpikir, dan membangun sebuah aqidah melalui proses berpikir. Sehingga aqidah itu akan menghujam kedalam, kokoh tak tergoyahkan. Karena aqidah itu tidak seharusnya ikut-ikutan orang lain.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.