Type Here to Get Search Results !

INFAK HARTA TAPI ALLAH TAK SUKA


Oleh: Sri Purwanti

Infak, amalan yang begitu Allah anjurkan perintahnya. Karena selain merupakan amalan yang bisa memperkuat ketakwaan, ia juga ibadah sosial yang memberikan kemaslahatan.

Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.

Infak sangat dianjurkan, terlebih ia adalah kebaikan yang tak hanya dirasakan oleh pelakunya. Tetapi juga penerimanya.

Dalam berinfak, tak hanya balasan kebaikan akhirat saja yang akan dirasa. Bahkan saat di dunia pun Allah menampakkan balasan dan hikmah-Nya.

Namun, apakah semua infak akan diterima? Tidak, ternyata agar bisa diterima ada aturan yang mesti dilewati bersama.

Di antara yang harus dimiliki ialah keikhlasan, juga pengetahuan agar bisa melaksanakan sesuai tuntunan.

Dalam Al-Qur'an Surah An-Nisā ayat 38, Allah menyebutkan bahwa ada infak yang tidak disukai-Nya.

وَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ ۗ وَمَنْ يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَاءَ قَرِينًا
Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.

Ayat ini mengikuti ayat sebelumnya, di mana Allah pun tak menyukai orang yang sombong dan kikir.

Memang, terdapat kesamaan antara sifat itu. Sombong, kikir, riya, takabur. Ialah ia yang mau memberikan harta yang dimiliki kepada orang lain. Namun hal itu dilakukan hanya karena mengharapkan pengakuan, pujian, sanjungan.

Pada hakikatnya, orang riya juga bisa dikatakan bakhil bin kikir. Hanya saja kalau bakhil alias kikir, itu jelas tak mau sama sekali memberikan hartanya. Ada ketamakan di dalamnya. Sedangkan orang yang riya. Ia hanya akan menderma, jika memang ada maunya. Yakni mendapatkan sanjung dan puja.

Perbuatan seperti ini jelas tidak mencerminkan keimanan yang kuat. Bahkan pelakunya seperti tak meyakini adanya balasan kebajikan di akhirat.

Beginilah, jika perbuatan tak disandarkan pada kesadaran. Bahwa perintah Allah ﷻ itu lah yang harus dilakukan.

So, jangan sampai ya kita melakukan amal ibadah. Tapi sedikitpun tidak membuat Allah ﷻ menjadi suka. Rugi sekali ya. Padahal apa lagi yang kita harapkan selain rida-Nya?

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.