Oleh: Muslihah
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
لَقَدْ كَا نَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَا نَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَا لْيَوْمَ الْاٰ خِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 21)
Apa yang terbayang saat membaca ayat di atas? Pertama kali saya teringat dengan sebuah hadits yang sangat masyhur, tentang seorang Yahudi yang senantiasa mengganggu Rasulullah ﷺ. Konon Rasul sering lewat depan rumah Yahudi itu. Dan setiap kali melewati depan rumahnya Si Yahudi pasti melempar Rasullullah ﷺ. Terkadang dengan batu, tidak jarang dengan kotoran onta. Akan tetapi Rasulullah ﷺ tidak pernah membalas perbuatannya sekalipun.
Hingga pada suatu kali selama tiga hari berturut-turut, Si Yahudi tidak mengganggu. Maka Rasulullah ﷺ merasa heran dan bertanya kepada sahabat, "Adakah yang tahu kemana Yahudi yang biasa melempariku?"
"Ia sedang sakit ya Rasulullah," jawab salah seorang sahabat.
Serta merta Rasulullah ﷺ pun menjenguknya dengan membawa semangkuk kurma sebagai buah tangan. Melihat kedatangan seorang Muhammad yang selama ini dibully, Si Yahudi ketakutan setengah mati. Ia sangat takut kalau-kalau Muhammad balas dendam kepadanya di saat dirinya lemah.
Dengan lembut Rasul ﷺ bertanya apa sakitnya dan memberikan semangkuk kurma. Pada akhirnya Si Yahudi merasakan betapa lembut Rasulullah ﷺ, betapa tinggi akhlaknya. Dalam benaknya, jika ia bukan utusan Allah ﷻ tidak mungkin memiliki kesabaran semacam itu. Maka serta merta ia mengutarakan apa yang ada dalam benaknya dengan mengakui bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah ﷻ. Ia bersyahadad menyaksikan ketinggian akhlak dan kesabaran Rasulullah ﷺ. MasyaAllah.
Lalu kemudian sebagai umatnya kita diharapkan memiliki kesabaran seperti Rasulullah ﷺ, atau setidaknya memiliki kesabaran ekstra. Sayangnya tidak sedikit orang yang lupa bahwa meneladani Rasulullah ﷺ tidak sebatas sabar dan memaafkan. Sebab pada dasarnya setiap perilaku, ucapan dan ketetapan Nabi Muhammad ﷺ adalah sumber hukum dalam Islam.
Maka menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai profil teladan adalah wajib. Tidak hanya sekedar dalam hal akhlak dan kesabaran tapi dalam segala hal termasuk bagaimana cara beliau memimpin, mengambil keputusan dan menerapkan hukum. Tidak hanya hukum agama tapi juga hukum bernegara. Karena pada dasarnya Rasulullah ﷺ bukan sekedar pemimpin spiritual. Lebih dari itu beliau juga seorang pemimpin negara.
Pernah dengar hadits yang menceritakan adanya seorang wanita bangsawan Madinah yang mencuri, lalu beberapa sahabat merasa tidak enak hati menerapkan hukum potong tangan terhadapnya, sebab kedudukannya yang terhormat di mata manusia (seorang bangsawan). Maka mereka meminta agar putra angkat Rasulullah, Zaid bin Haritsah melakukan loby agar sang bangsawan tidak dipotong tangannya. Bagaimana tanggapan Rasul? Beliau sangat murka lalu bersabda:
"Inilah yang menghancurkan orang-orang sebelum kalian. Jika ada pembesar-pembesar melakukan kesalahan, mereka tidak menerapkan hukuman. Sungguh seandainya putriku Fatimah binti Muhammad mencuri, maka pasti akan aku potong tangannya."
Demikian tegasnya Rasulullah ﷺ terhadap hukum Allah ﷻ.
Pasti pernah mendengar bahwa Rasulullah ﷺ memimpin perang Uhud dan perang Badar. Bukankah ini bukti bahwa beliau seorang panglima perang sekaligus pemimpin negara? Artinya agama Islam itu tidak hanya tentang ritual beribadah saja. Lebih dari itu Islam adalah ideologi yang harus diterapkan dalam setiap sisi kehidupan.
Lalu bagaimana kita hari ini? Sudahkah menjadikan Rasulullah ﷺ teladan dalam setiap bidang kehidupan?
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”