Type Here to Get Search Results !

PERBUATAN BAIK DAN BURUK KEMBALI KE PELAKU


Oleh: Muslihah

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَ نْفُسِكُمْ ۗ وَاِ نْ اَسَأْتُمْ فَلَهَا ۗ فَاِ ذَا جَآءَ وَعْدُ الْاٰ خِرَةِ لِيَسٗٓئُوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidilaqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 7)

Setiap perbuatan akan kembali kepada pelakunya. Baik atau buruk semua kembali kepada orang yang melakukan. Meski dalam Islam tidak mengenal hukum karma, akan tetapi setiap perbuatan pasti ada ganjarannya, apakah berupa pahala ataukah dosa.

Setiap perbuatan terkait dengan hukum syara', apakah perbuatan itu wajib, sunah, mubah, makruh atau haram. Perbuatan wajib akan mendapat pahala yang sangat besar. Sebagian orang menganggap bahwa perilaku wajib itu mendapatkan pahala sekedarnya, karena itu sebuah kewajiban. Bahkan perbuatan sunah lebih besar pahalanya dari pada yang wajib.

Ini anggapan yang keliru. Allah ﷻ memberikan pahala yang lebih besar di perbuatan wajib. Shalat wajib lima waktu, pahalanya jauh lebih besar dari pada pahala shalat sunnah apapun. Demikian pula sedekah wajib itu pahalanya lebih besar daripada sedekah sunah. Maka bagi lelaki memberi nafkah keluarga pahalanya lebih besar daripada bersedekah kepada teman atau orang lain.

Pada dasarnya setiap kewajiban yang Allah ﷻ bebankan kepada manusia merupakan kebutuhan manusia itu sendiri. Mari perhatikan! Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban. Ternyata jika mau jujur, selama nafas dikandung badan senantiasa butuh ilmu. Sementara ilmu itu tidak ada yang tetap. Ia selalu berkembang, bergerak dan terkadang berubah.
Misal tentang membaca Al-Qur'an. Awal belajar adalah mengenal huruf Al-Qur'an dan bagaimana membacanya. Apakah cukup? Ternyata tidak, masih dibutuhkan ilmu tajwid. Usai itu ada yang namanya musykilat. Ternyata ada cabang lain dari membaca Al-Qur'an yaitu tilawah. Tilawah sendiri banyak cabangnya, ada Bayati, Rasy, Syika, Jawab dan lain sebagainya.

Al-Qur'an berbahasa Arab, maka jika ingin memahami dengan benar, belajar bahasa Arab merupakan kepastian. Sedangkan dalam memahami bahasa Arab sendiri dibutuhkan beberapa ilmu alat, seperti ilmu Nahwu, Ilmu Shorof, sastra Arab (Balaghah), dan lain-lain. Tidak heran semakin tinggi ilmu seseorang akan semakin merasa tidak mampu, semakin merasa kecil di hadapan Sang Pemilik Ilmu.

Begitu juga dengan kewajiban menutup aurat dan keharaman melihat aurat. Sebenarnya itu adalah kebutuhan bagi setiap orang agar wanita menutup seluruh tubuhnya. Karena sebenarnya Allah ﷻ Sang Pencipta, Mahatahu akan setiap kecenderungan, kelemahan dan kelebihan ciptaan-Nya. Maka menutup seluruh tubuh wanita, itu merupakan kebutuhan baik bagi wanita itu sendiri maupun bagi para pria yang bukan makhramnya. Demikian pula dengan semua kewajiban yang lain. Semua akan berpulang kepada pelakunya.

Mengapa mendirikan shalat akan bisa menimbulkan ketenangan bagi pelakunya? Sebab itu sesuai dengan naluri penciptaan manusia (ghorizah tadayyun). Mengapa melakukan dosa akan menimbulkan kegelisahan bagi pelakunya? Sebab ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan naluri beragama.

Sebuah kebohongan mungkin akan menghindarkannya dari pandangan buruk orang lain, tapi sampai berapa lama ia bisa menyembunyikan kebohongan? Apakah ia bisa membohongi dirinya sendiri? Ia pasti tahu jika itu sebuah kebohongan, maka ia akan gelisah, khawatir akan ketahuan berbohong, kemudian tidak akan ada lagi orang yang percaya kepadanya.

Demikianlah perbuatan baik (yang sesuai dengan aturan Allah ﷻ) akan berakibat baik dan perbuatan buruk (yang bertentangan dengan aturan Allah ﷻ) akan berakibat buruk pula.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.