Type Here to Get Search Results !

PAKAIAN MIHNAH


Oleh: Riza Mulyani

Islam mewajibkan kaum perempuan yang sudah baligh untuk berpakaian menutup aurat. Perintah ini merupakan bentuk kasih sayang Allah ﷻ agar para perempuan mampu menjaga martabat kemuliaannya sebagai manusia terhormat.

Islam adalah agama Allah ﷻ yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ melalui malaikat Jibril. Islam ada, untuk mengatur manusia dalam menjalankan aktifitas kehidupannya dimuka bumi ini. Salah satunya berpakaian, Islam mengatur dengan aturan yang sangat detil, rinci, jelas dan solutif bagi kaum muslim.

Pakaian syar'i wanita ada di surat An-Nur ayat 31, perintah menggunakan kerudung:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."

Sementara perintah menggunakan jilbab sesuai firman Allah Ta'ala:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزْوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Ahzab: 59)

Meskipun kita sudah menutup aurat seperti gambaran pakaian diatas, namun ternyata itu belum sempurna atau syar'i, masih ada satu pakaian lagi yang harus kita pakai. apa itu? Namanya "pakaian mihnah"

Mihnah adalah pakaian dalam (bukan underwear) yang dipakai sebagai dalaman pakaian jilbab atau gamis. Jadi sebelum memakai jilbab, harus memakai mihnah dahulu, biasanya berupa daster atau baju kaos berlengan dengan celana panjang yang tidak ketat membentuk badan dan kaki.

Dengan memakai mihnah, maka aurat perempuan akan tertutup secara sempurna, dan bebas leluasa beraktifitas. Seperti saat mengendarai motor, tidak perlu khawatir akan tersingkap. Memakai mihnah adalah perintah yang wajib dilakukan demi menjaga kehati-hatian muslimah dalam berpakaian syar'i. Jangan sampai sudah menggunakan baju gamis lebar, lupa melengkapinya dengan memakai baju dalaman atau mihnah. Seperti yang terdapat dalam hadits dari usamah bin Zaid, ketika ia diberikan baju qubthiyah yang tebal oleh Rasulullah. Lalu ia memberikan lagi baju tersebut kepada istrinya.

Ketika Rasulullah ﷺ mengetahuinya, lalu beliau bersabda "Perintahkanlah ia agar mengenakan baju dalam (pakaian dalam) di balik qubthiyah itu. Karena saya khawatir baju itu masih menggambarkan lekuk bentuk tubuh" (HR. Ahmad, Al-Baihaqi dengan sanad hasan).

Dan juga dalam surat An-Nur ayat 60 bisa dijadikan dalil perintah memakai mihnah:

وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاۤءِ الّٰتِيْ لَا يَرْجُوْنَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ اَنْ يَّضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجٰتٍۢ بِزِيْنَةٍۗ وَاَنْ يَّسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَّهُنَّۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
"Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian (luar) mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana."

Makna diizinkan menanggalkan pakaian luar artinya, ketika pakaian luar ditanggalkan masih ada pakain yang melekat yaitu pakaian rumah atau mihnah.

Demikianlah pakaian syar'i perempuan dalam Islam bukan hanya kerudung dan jilbab tetapi plus mihnah terlebih dahulu.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.