Type Here to Get Search Results !

MENIRU RASULULLAH


Oleh: Muslihah Saiful

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَقَدْ كَا نَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَا نَ
يَرْجُوا اللّٰهَ وَا لْيَوْمَ الْاٰ خِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 21)

Rasulullah ﷺ adalah sebuah pribadi yang sempurna. Beliau disiapkan Allah ﷻ sebagai suri teladan bagi umatnya. Setiap perilaku, ucapan dan ketetapan beliau menjadi hukum bagi umatnya, umat Islam. Apalagi perbuatan yang istiqamah dilakukan oleh Rasulullah. Puasa hari Senin atau salat Tahajud, misalnya.

Dalam berperilaku Rasulullah Saw selalu berbuat dengan ikhlas. Al-Kafawi mendefinisikan ikhlas sebagai meniatkan ibadah sehingga hanya Allah ﷻ semata yang disembah. Sudah sepatutnya umat Islam mencontoh keikhlasan yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ. Dalam sebuah hadits hasan, Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal selain apa yang dilakukan secara ikhlas dan mengharap ridha-Nya." (HR. An-Nasa'i).

Demikian pula dengan sabar menghadapi kezaliman orang lain. Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ setiap berangkat ke masjid harus melewati rumah seorang Yahudi. Ia sangat membenci Rasul. Maka setiap ada kesempatan ia akan melempar beliau dengan apa saja. Bahkan pernah suatu hari Rasulullah ﷺ di lempari kotoran unta yang basah. Rasulullah hanya diam tidak sepatah kata keluar keluhan apalagi makian. Beliau mendatangi rumah putrinya, Fatimah, untuk meminjam baju kering Ali agar bisa menunaikan salat dengan pakaian yang bersih.

Meski demikian, saat tiga hari berturut-turut Si Yahudi tidak menggangu beliau, justru beliau menanyakan kabarnya. Seorang sahabat memberi tahu jika Yahudi tersebut sedang sakit. Maka serta merta beliau datang mengunjunginya. Bahkan Si Yahudi sampai ketakutan, khawatir Rasulullah balas dendam kepadanya. Begitu, ya? Kalau orang memiliki kesalahan. Ada orang datang baik-baik dikira mau berbuat jahat.

Namun mendapati Rasulullah ﷺ tulus berempati pada sakitnya, Si Yahudi jadi tersentuh hatinya. Saat ia sakit, sebelum teman-temannya ada yang menjenguk, justru Rasulullah ﷺ orang yang selama ini disakiti dan diganggu paling dulu menjenguknya. Sebab kesabaran dan ketulusan Rasulullah ﷺ itulah menjadi sebab terbuka hati Si Yahudi. Kemudian ia menyatakan masuk Islam. Subhanallah Masya Allah.

Tidak jarang ketika saya bertemu teman yang mendapat musibah mereka begitu merasa tersiksa dan tidak sabar. Sayangnya saat diingatkan untuk tabah dan sabar seperti dicontohkan Rasulullah ﷺ, mereka mengatakan,

"Itu kan Rasulullah ﷺ, sedangkan aku bukan Rasul."

Ingatlah teman, Rasulullah itu adalah Uswatun Hasanah (suri teladan) yang memang profilnya disiapkan untuk ditiru. La, memang kita bukan Rasul, tapi kita mengaku umat Rasulullah ﷺ, bukan? Lalu kalau keberatan mencontoh Rasulullah lalu mau meniru siapa?

Sedangkan bersedia meniru Rasulullah ﷺ itu sudah mendapat pahala. Akhir-akhir ini sering berseliweran postingan tentang tidur ala Rasulullah ﷺ, makan ala Rasulullah ﷺ, bahkan mandi ala Rasulullah ﷺ. Jika postingan itu benar, tidak hoax, yang posting dapat pahala dan yang melakukan pun dapat pahala. InsyaAllah.

Tidak sedikit pula postingan tentang bagaimana kiprah Rasulullah ﷺ dalam kepemimpinan. Bahkan Rasulullah ﷺ adalah seorang pemimpin negara. Jika mau menjadi umat Islam yang kaffah maka seharusnya para pemimpin meniru bagaimana Rasulullah ﷺ memimpin negara. Tidak hanya sebagai pribadi tapi juga pengambilan hukum yang dipakai.

Saat Rasulullah ﷺ menjadi pemimpin, beliau tidak pernah memakai hukum selain dari Dzat Yang Maha Pencipta. Bahkan ketika ada seorang bangsawan mencuri, beberapa sahabat meminta dispensasi. Rasulullah ﷺ murka dan bersabda,

"Inilah yang membuat rusak kaum sebelum kalian. Jika ada pembesar melakukan kesalahan, mereka tidak menghukumnya. Demi Dzat yang menggenggam jiwaku. Kalaulah Fatimah Binti Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya." Demikianlah tegasnya Rasulullah ﷺ terhadap hukum. Lalu bagaimana dengan pemimpin hari ini?

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.