Type Here to Get Search Results !

HAKIKAT PERBUATAN MANUSIA


Oleh: Dwi Indah Lestari

Sobat, setiap hari pasti kita melakukan suatu perbuatan, betul kan? Tapi pernah ga sih kita berpikir mengapa kita melakukannya? Apa yang menjadi motivasi kita berbuat? Dan untuk apa perbuatan itu kita kerjakan?

Hehe, ga usah bingung ya sobat. Mari kita telaah satu persatu. Pertama-tama untuk memahami tentang perbuatan manusia, kita harus pahami dulu hakikat manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Swt pasti kita sudah ketahui, bukan. Nah, ternyata sobat, ada seperangkat potensi yang Allah berikan pada saat menciptakan manusia.

Pertama, potensi berupa hajatul udhowiyah atau dikenal sebagai kebutuhan jasmani. Contoh penampakan dari potensi ini adalah rasa lapar, haus, lelah, dan lain-lain. Potensi ini merupakan kebutuhan mendasar yang muncul dari hasil kerja organ tubuh kita. Misalnya, lapar. Rasa lapar muncul secara alami dari kondisi tubuh yang memang membutuhkan asupan energi agar organ-organ dapat bekerja dengan baik. Karenanya kebutuhan jasmani saat muncul, ia harus dipenuhi. Bila tidak maka tubuh bisa mengalami kerusakan.

Kedua, potensi yang berupa naluri atau gharizah. Naluri dalam diri seseorang ada tiga jenis, yaitu naluri mempertahankan diri, seperti saat merasa marah, rasa ingin diperhatikan dan lain-lain. Kemudian ada naluri melestarikan keturunan, yang penampakannya terlihat seperti rasa sayang pada ayah dan ibu, pada anak, pada istri atau suami, rasa kasihan pada orang yang terkena musibah dan lain-lain. Naluri berikutnya adalah naluri mensucikan sesuatu yang terwujud dengan perasaan beragama, perasaan bahwa dirinya lemah dan ada kekuatan lain yang lebih tinggi darinya.

Potensi manusia yang kedua ini dorongannya bukan dari dalam tubuh manusia, melainkan dari luar. Misalnya, marah karena merasa direndahkan harga dirinya oleh perkataan orang lain, rasa suka pada lawan jenis, saat memandang wanita cantik atau pemuda tampan, atau merasa ada kekuatan yang lebih agung saat menyaksikan keindahan alam pegunungan dan lain sebagainya. Dengan begitu, ketika muncul, naluri tidak harus dipenuhi saat itu juga. Ia bisa dialihkan atau ditunda pemenuhannya.

Nah sobat, dalam sepanjang kehidupan manusia, perbuatan yang dilakukan itu, semuanya adalah dalam rangka memenuhi potensi hidupnya tersebut. Apakah berupa kebutuhan jasmani atau pun naluri. Dan hal itu tidak berubah sejak manusia pertama diciptakan hingga akhir jaman nanti. Hanya jenis perbuatan dan sarana pemenuhannya saja yang berkembang karena kecerdasan manusia juga berkembang, sehingga bisa jadi cara manusia pada zaman dulu dengan sekarang berbeda. Tapi inti perbuatan itu sama saja, yaitu untuk memenuhi potensi hidupnya.

Meski apa yang melatari manusia melakukan perbuatan adalah sesuatu yang fitrah yaitu untuk memenuhi potensi hidupnya, namun motivasi perbuatan itu sendiri bukan sesuatu yang fitrah. Karena itu motivasi bisa berubah dan diubah. Kuat lemahnya manusia melakukan perbuatan tergantung dari motivasi tersebut.

Ada tiga jenis motivasi yang mendasari manusia melakukan suatu perbuatan. Pertama, motivasi materi atau manfaat. Ketika manusia mengerjakan sesuatu berdasarkan motif ini, ia ingin mendapatkan hal-hal yang bersifat fisik, seperti uang, rumah, kedudukan, jabatan, wanita dan hal-hal fisik lainnya. Namun motivasi semacam ini pengaruhnya sangat lemah dan mudah hilang. Saat dia tidak memperoleh materi atau manfaat dalam berbuat, bisa jadi dirinya batal melakukan perbuatan tersebut.

Contohnya nih, saat seseorang bergabung dalam suatu parpol karena termotivasi untuk mendapat jabatan tertentu. Ia akan melakukan apa saja untuk mendukung parpol itu. Namun saat ia menemukan parpol itu tidak memberikan sesuai apa yang menjadi motivasinya, bisa jadi ia berhenti melakukan perbuatan untuk mendukung parpol tersebut. Bahkan bisa jadi ia memutuskan keluar darinya dan mencari parpol lain yang bisa memenuhi apa yang diinginkannya.

Motivasi kedua adalah emosional. Motivasi ini pengaruhnya memang lebih kuat dari motivasi materi. Meski begitu, motivasi ini merupakan perwujudan dari kondisi kejiwaan seseorang yang tidak permanen. Contohnya, saat seseorang marah karena ada yang memfitnahnya sehingga hal itu merusak nama baik keluarganya bahkan menghancurkan kehidupannya lalu dia termotivasi melakukan sesuatu untuk membalas dendam pada orang tersebut yang telah menyebabkan hal itu menimpanya. Namun motivasi ini juga cepat hilang, seiring dengan perubahan emosi pada pelakunya.

Motivasi ketiga adalah spiritual. Motivasi ini memberikan dorongan manusia untuk berbuat dalam rangka menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi laranganNya. Ia meyakini bahwa hanya Allahlah yang Maha Mengatur dan Maha Benar, sehingga ia pun mempercayai bahwa aturanNya pasti benar. Motivasi semacam ini adalah motivasi yang sangat kuat yang akan mendorong manusia untuk mengorbankan apapun agar perbuatan tersebut dapat ditegakkan. Contohnya, saat seorang muslimah dihadapkan pilihan untuk melepas jilbabnya atau tidak demi mendapatkan pekerjaan impiannya. Saat motivasi spiritual yang mendorongnya untuk membuat pilihan, maka ia akan memilih untuk mengorbankan pekerjaan tersebut dan mempertahankan jilbabnya. Sebab ia yakin keputusannya itu lebih disukai oleh Allah Swt.

Sobat, selain motivasi, manusia juga pasti memiliki tujuan saat berbuat. Tujuan ini sebenarnya adalah dalam rangka meraih nilai tertentu yang terkandung dalam setiap perbuatan. Pada dasarnya dalam satu perbuatan terdapat satu nilai. Nilai-nilai itu adalah nilai materi, nilai akhlak, nilai insaniyah dan nilai ruhiyah.

Nilai materi terdapat dalam perbuatan yang memang dilakukan untuk mendapatkan materi. Misalnya, saat orang berdagang, pasti ia ingin memperoleh untung. Begitu pun orang yang bekerja pasti agar bisa mendapatkan gaji atau upah. Sedangkan nilai akhlak adalah nilai yang diperoleh saat kita melakukan perbuatan yang terkandung sifat-sifat baik di dalamnya. Contoh, kita merawat orangtua yang sudah renta, kita bersikap sopan saat lewat di depan orang yang lebih tua dan lain sebagainya.

Nilai insaniyah ada dalam perbuatan yang terkandung kemanusiaan di sana. Misalnya, saat kita menolong orang yang jatuh dari sepeda motor. Kita menolongnya karena rasa kemanusiaan sehingga tidak lagi mempertimbangkan hal lainnya seperti agama, ras, warna kulit atau jenis kelamin. Kemudian yang terakhir adalah nilai ruhiyah. Nilai ini terdapat pada perbuatan untuk mendekatkan dirinya pada Sang Pencipta. Seperti saat kita sholat, berpuasa, bersedekah, berdoa, adalah agar kita memperoleh perasaan kedekatan dengan Allah Swt.

Nah sobat, saat manusia berbuat sesuatu untuk memenuhi potensi hidupnya baik oleh kebutuhan jasmani atau naluri, maka berhasil tidaknya, benar salahnya perbuatan tersebut tergantung pada motivasi dan tujuan yang ia ambil. Dan kedua hal tersebut sangat ditentukan oleh mafhum (pemahaman) yang ada dalam benaknya. Bagi kita, kaum muslim, maka mafhum itu harusnya bersumber dari Islam. Sehingga saat kita memilih motivasi dalam menegakkan suatu perbuatan haruslah motivasi spiritual. Sebab motivasi ini sesuai dengan mafhum Islam tentang tujuan dari penciptaan manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah Swt.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (TQS. Az Zariyat: 56)

Dengan motivasi spiritual, muslim akan terdorong untuk mewujudkan seluruh perbuatannya dalam rangka menjalankan apa saja yang diperintahkan Allah Swt dan menjauhi segala laranganNya. Ia pun akan bersungguh-sungguh mewujudkan hal itu agar Allah ridho padanya. Ia juga akan meniatkan seluruh aktivitas hidupnya itu ikhlas hanya karena Allah dan melakukannya sesuai dengan aturan Islam. Tidak melenceng sedikit pun. Bahkan rela mengorbankan segalanya agar sesuai dengan keinginan Allah Swt atas dirinya.

Sementara berkaitan dengan nilai yang ingin diraih dalam setiap perbuatan, maka seorang muslim harus benar-benar memahami, bagaimana syariat Islam menetapkan setiap nilai pada suatu perbuatan. Misalnya saat sholat, nilai yang ingin diraih adalah ruhiyah. Sehingga ia sungguh-sungguh menjalankannya, seperti melakukan wudhu dengan benar, menjaga agar tetap khusyu', sesuai dengan ketetapan syariat. Dia akan menyingkirkan nilai yang lain seperti untuk mendapatkan kesehatan atau pujian, saat melakukan sholat. Sebab bukan itu nilai yang dikehendaki Islam dalam sholat.

Begitu pun saat ia berjual beli, maka nilai yang ingin didapatkan adalah nilai materi. Maka ia akan bersungguh-sungguh dalam meraihnya dan melakukan upaya-upaya agar tercapai. Seperti, menjual barang-barang yang memang berkualitas bagus, melakukan promosi yang menarik, tidak bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sehingga ia akan bisa mendapatkan keuntungan dari perdagangan yang dilakukannya.

Demikianlah Islam mengatur perbuatan manusia. Kaum muslim harus memperhatikan itu untuk bisa menetapkan motivasi yang tepat dalam berbuat dan nilai apa yang ingin diraihnya. Perlu dipahami, Islam tidak menghalangi manusia untuk merasakan kenikmatan dan kesenangan dunia. Namun Islam mengarahkan agar manusia memperoleh semua itu dengan jalan yang sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah Swt. Sebab itulah jalan keselamatan. Sehingga di akhirat kelak, kita dapat mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan di dunia dengan sebaik-baiknya.

Untuk itu penting sekali terus membangun mafhum Islam dalam benak kaum muslim. Agar ia tertunjuki pada jalan yang lurus saat menjalankan seluruh perbuatannya di dunia. Sebab sekecil apapun perbuatan itu tak akan luput dari pertanggungjawaban di yaumil hisab. Tentu kita ingin amal baik kita lebih berat timbangannya daripada amal buruk yang kita lakukan.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya” (TQS. al-Zalzalah: 7-8).

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
 
Bangkalan, 24 Juli 2021 (23.26).

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.