Type Here to Get Search Results !

Gagal Paham Makna Toleransi



Permasalahan yang selalu berulang setiap Desember:
  • Muslim/muslimah memakai atribut natal karena ‘dipaksa’ oleh perusahaan tempatnya bekerja.
  • Muslim/Muslimah mengucapkan selamat Natal
  • Muslim/Muslimah menghadiri perayaan Natal.

Hal tersebut tentu bukanlah sesuatu yang biasa, karena penggunaan atribut agama lain bagi umat Islam merupakan suatu keharaman, baik karena adanya paksaan maupun sukarela. Mengucapkan selamat atas hari raya agama lain dan ikut merayakannya juga Haram. Jika umat Islam abai terhadap keharaman tersebut, maka akidah Islamnya lah yang menjadi taruhan.

Begitu banyak nash-nash syari yang menunjukkan perihal keharaman menyerupai suatu kaum, termasuk mengucapkan selamat kepada non muslim atas hari besar keagamaannya.

Bukan toleransi namanya, jika akidah tergadaikan. Karena toleransi yang benar adalah lakum dienukum waliyadin. Untukmu agamamu dan untukku agamaku. Bukan menceburkan diri ke dalam ritual perayaan agama lain atas nama memghormati persahabatan, menghargai perbedaan, dan alasan lainnta yang dibuat-buat.

Rasullah saw sebagai teladan kita telah menyampaikan hadist keharaman bagi setiap muslim untuk menyerupai orang-orang kafir.
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad)

"Ah, tapi kan Cuma atributnya aja, yang penting hatinya tetap mengingkari kebenaran agama selain Islam”

"Ah, kan cuma ngucapin aja, ga mengakui agama mareka. Gak masalah kali...!"

Alasan-alasan tersebut kerap muncul dari lisan seseorang yang mengaku muslim. Sayangnya pernyataannya tersebut sama sekali tak dapat dibenarkan.

Karena HARAM hukumnya menyerupai orang kafir meski sekadar atribut lahiriah. Kenapa sampai kita dilarang meniru-niru orang kafir secara lahiriyah? Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

أَنَّ الْمُشَابَهَةَ فِي الْأُمُورِ الظَّاهِرَةِ تُورِثُ تَنَاسُبًا وَتَشَابُهًا فِي الْأَخْلَاقِ وَالْأَعْمَالِ وَلِهَذَا نُهِينَا عَنْ مُشَابَهَةِ الْكُفَّارِ
“Keserupaan dalam perkara lahiriyah bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang tasyabbuh dengan orang kafir” (Majmu’ Al Fatawa, 22: 154).

Betapa penerapan sistem sekuler di negeri ini telah berhasil menggerus perlahan-lahan akidah umat Islam dengan cara-cara yang teramat halus. Semoga kita tidak termasuk golongan orang-orang yang celaka.

Rasulullah saw bersabda:
"Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

Seorang muslim hendaknya berislam secara kaffah, memurnikan akidah hingga kita layak dikatakan sebagai muslim sejati, bukan sekadar Islam KTP.


Oleh: Hana Annisa Afriliani,S.S


Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.