Type Here to Get Search Results !

Periswita-peristiwa Bersejarah dalam Bulan Ramadhan


Diturunkannya wahyu pertama. Peristiwa paling penting yang terjadi dalam bulan Ramadhan adalah turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad ﷺ. Nabi Muhammad ﷺ sedang berada di sebuah gua di Gunung Hira, saat Malaikat Jibril datang kepadanya dengan membawa lima ayat pertama Surat Al-Alaq.


Allah SWT berfirman:


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Al-Baqarah [2]: 185)


إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (Al-Qadr [97]: 1)



1 Hijriyah
Pada tahun pertama setelah Hijrah, Nabi ﷺ mengirimkan Hamza bin Abdul Muthalib bersama tiga puluh pasukan Muslim ke Saif al Bahr untuk mencegat kafilah milik Quraish. Kafilah itu terdiri dari 300 orang termasuk Abu Jahal bin Hisyam. Kedua belah pihak kemudian bertemu dan hampir terjadi pertempuran. Majdi bin ‘Amr, yang memiliki hubungan baik dengan kedua belah pihak, kebetulan berada di sana dan berhasil mencegah terjadinya bentrokan.

2 Hijriyah
Pada tahun kedua Hijriyah pada tanggal 8 Ramadhan, Rasulullah mengirimkan 305 sahabatnya dengan berkendaraan tujuh puluh unta. Nabi ﷺ bersama para sahabatnya berangkat untuk mencegat kafilah yang membawa harta kaum Muslim yang ditinggalkan di Makkah. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Sufyan, dan diperkirakan bernilai 60.000 dinar. Pasukan kaum muslimin kemudian bertemu dengan tentara para bangsawan Quraisy bersenjata lengkap yang ingin memadamkan cahaya Islam. Kemudian, kedua belah pihak mendekat satu sama lain di Badr pada hari Jumat pagi pada tanggal 17 Ramadhan. Meskipun kalah jumlah sebanyak tiga kali lipat, kaum Muslim membela agama mereka dengan keinginan membara untuk melindungi Nabi ﷺ dan ingin menjadi syahid. Allah SWT memberikan mereka kemenangan yang penting dalam perang Badr di bulan Ramadhan. Perang ini tidak akan pernah dilupakan.

6 Hijriyah
Pada tahun 6 H, Zaid bin Haritsah dikirim ke Wadi al-Qura untuk mengepalai detasemen untuk menghadapi Fatimah binti Rabiah, yang merupakan penguasa di wilayah itu. Fatimah sebelumnya telah menyerang sebuah kafilah yang dipimpin oleh Zaid dan berhasil menjarah kekayaannya. Dia dikenal sebagai wanita yang paling dilindungi di jazirah Arab, saat menggantung lima puluh pedang kerabat dekatnya di rumahnya. Fatimah juga dikenal karena menunjukkan permusuhannya yang terbuka terhadap Islam. Dia tewas dalam pertempuran itu saat melawan pasukan Muslim di bulan Ramadhan.

8 Hijriyah

Menjelang Ramadhan 8 H, terjadi pelanggaran Perjanjian Hudaibiyyah dan tentara Muslim telah terlibat dalam perang dengan pasukan Bizantium di Utara jazirah Arab. Nabi Muhammad ﷺ merasa perlu untuk memberikan pukulan yang mematikan kepada kaum kafir di Semenanjung Arab dan menaklukkan kota Mekah. Saat itulah waktunya tiba untuk memurnikan kesucian Ka’bah dari ketelanjangan dan kekejian. Nabi Muhammad ﷺ berangkat bersama pasukan yang memiliki lebih banyak pria bersenjata daripada yang pernah dilihat oleh penduduk Madinah sebelumnya. Keinginan orang-orang beriman begitu kuat saat mereka bergerak menuju Makkah yang kemudian ditaklukkan tanpa pertempuran pada tanggal 20 Ramadhan. Ini adalah salah satu tanggal paling penting dalam sejarah Islam, karena setelah itu, Islam tertanam dengan kuat di Semenanjung Arab. Selama bulan dan tahun yang sama, setelah menghancurkan berhala-berhala di kota Mekah, detasemen pasukan kemudian dikirim ke pusat-pusat utama kemusyrikan dan menghancurkan Lata, Manat dan Suwa, yakni beberapa berhala terbesar di Saudi.

Begitulah bulan Ramadhan di zaman Nabi ﷺ. Bulan Ramadhan adalah saat dimurnikannya ketauhidan, melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, dan berusaha keras mempertahankan nyawa dan harta mereka. Setelah wafatnya Nabi ﷺ, umat Islam di bawah Khilafah melanjutkan tradisi ini. Ramadhan terus menjadi saat ujian besar dan terjadinya peristiwa-peristiwa penting.

92 Hijriyah
Sembilan puluh dua tahun setelah Hijrah, Islam telah menyebar ke seluruh wilayah Afrika Utara, Iran, Afghanistan, Yaman, dan Suriah. Spanyol saat itu berada di bawah kekuasaan Raja tiran, Roderic dari Visigoth. Roderic telah menindas enam juta budaknya dan menganiaya orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi kemudian mencari bantuan dari kaum Muslim Afrika Utara. Musa bin Husair, Gubernur Bani Umayyah di Afrika Utara, kemudian meresponsnya dengan mengirimkan Jendral Tariq bin Ziyad yang mengepalai 12.000 tentara. Pada bulan Ramadhan tahun itu, mereka berhadapan dengan 90.000 pasukan gabungan Kristen dan Visigoth yang dipimpin oleh Roderic. Roderic duduk di atas singgasana terbuat dari gading perak dan batu permata yang mahal, yang ditarik oleh keledai-keledai berwarna putih. Setelah membakar kapalnya, Tariq kemudian memotivasi pasukan kaum muslimin dan memperingatkan mereka bahwa surga berada di depan mereka dan kekalahan dan laut ada di belakang mereka. Pasukannya dengan sangat antusias menyambut seruannya dan Allah SWT memberikan kemenangan untuk dapat mengalahkan orang-orang kafir. Tidak hanya Roderic dan seluruh pasukannya yang dimusnahkan, namun Tariq dan Musa juga berhasil membebaskan seluruh Spanyol, Sisilia, dan sebagian wilayah Perancis. Itulah awal dari Zaman Keemasan Al-Andalus di mana kaum Muslim berkuasa di sana selama lebih dari 700 tahun.

658 Hijriyah
Pada abad ketujuh, pasukan Mongol menyapu dan menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalan pemimpin mereka, Genghis Khan yang menyebut dirinya “bencana dari Tuhan yang dikirim untuk menghukum manusia karena dosa-dosa mereka”. Pada tahun 617 H., Samarkand, Ray, dan Hamdan diserang sehingga menyebabkan lebih dari 700.000 orang terbunuh atau menjadi tawanan. Pada tahun 656 H., Hulagu, cucu Genghis Khan, melanjutkan penghancuran itu. Bahkan Baghdad, kota utama di dunia Muslim, juga dijarah. Sebagian orang memperkirakan bahwa sebanyak 1.800.000 umat Islam terbunuh dalam pembantaian yang mengerikan itu.
Orang-orang Kristen diperintahkan untuk memakan daging babi dan meminum anggur secara terang-terangan sementara kaum Muslim yang masih hidup dipaksa untuk ikut dalam lomba minum. Anggur disiramkan ke masjid-masjid dan tidak boleh ada Adzan. Saat bencana tersebut mengancam seluruh dunia Muslim, Allah membangkitkan penguasa Mamluk dari Mesir, Saifuddin Qutz, yang menyatukan tentara Muslim dan menghadapi pasukan Mongol di Ain Jalut pada hari Jumat, tanggal 25 Ramadhan 658 H (6 September 1260 M).
Qutz mengatakan kepada pasukannya untuk menunggu sampai mereka selesai shalat Jumat, “Jangan memerangi mereka sampai matahari terbenam, bayangan muncul, angin berputar-putar, dan para ulama dan orang-orang beriman mulai memohon kepada Allah untuk kita dalam doa-doa mereka”, dan setelah itu pertempuran pun dimulai. Jullanar, istri Qutz, tewas selama pertempuran tersebut. Qutz kemudian keluar dan berkata, “Oh, istriku yang tercinta”. Istrinya kemudian berbicara kepadanya di sisa nafas terakhirnya, “Jangan katakan itu, lebih pedulilah kepada Islam,” kata istri Qutz. Diapun wafat setelah mengatakan kepada suaminya bahwa Jihad untuk Allah dan Islam lebih penting daripada cinta dan hubungan pribadi.
Qutz kemudian berdiri dan mengatakan, “Islamah … Islamah”. Seluruh tentaranya kemudian mengulangi kata-kata yang diucapkannya sampai mereka mendapat kemenangan. Meskipun pasukan Muslim berada di bawah tekanan besar, dengan bantuan Allah SWT, strategi jitu, dan keberanian yang gigih, mereka dapat menghancurkan tentara Mongol dan menghentikan gelombang ketakutan yang dialami kaum muslim. Umat ​​Islam segera memburu pasukan Mongol, dan Qutz memasuki Damaskus setelah lima hari pertempuran Ain Jalout. Pemburuan terhadap pasukan musuh terus terjadi hingga ke Halab. Dan saat pasukan Mongolia merasakan pasukan kaum muslimin makin mendekat, mereka meninggalkan para tawanan Muslim. Dalam jangka waktu satu bulan, umat Islam mampu mengembalikan negeri Syam sepenuhnya dari tangan pasukan Tartar dan Mongol.

682 Hijriyah
Pada tahun 682 H (Bulan Ramadhan, 4 Juli 1187 M), Salahuddin Ayyubi bersama para mujahidin pasukan Khilafah berperang dalam salah satu pertempuran paling penting dalam sejarah Islam. Umat ​​Islam pada hari itu, dalam satu hari, dapat mengepung orang Kristen setempat yang ikut bertahan bersama Tentara Salib di wilayah Timur. Karena tidak ada perlawanan, Salahuddin dapat mencapai kota Yerusalem pada tanggal 9 Oktober tahun 1187, pada hari Jumat, dan kesucian kota itu dikembalikan.

Semangat Ramadhan lah yang memungkinkan nenek moyang kita mampu menghadapi banyak tantangan yang terlihat mustahil dihadapi. Ramadhan adalah saat di mana banyak kegiatan dilakukan, dengan menghabiskan siang hari di pelana kuda dan malam harinya dengan beribadah dengan menyeru kepada Allah SWT untuk mengharap belas kasihan dan ampunan-Nya. Pada hari ini, dunia Islam menghadapi perpecahan, penjajahan, kerusakan, dan kesulitan ekonomi. Tentunya kita sangat membutuhkan Khilafah sehingga kita sebagai orang-orang beriman dapat mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW yang tercinta, para sahabat yang terkenal, Tariq bin Ziyad, Qutuz, Salahuddin, dan pahlawan-pahlawan Islam lain yang tidak terhitung jumlahnya. Tentunya kita harus menjadi orang-orang beriman yang tidak takut ancaman orang-orang kafir, namun kita menjadi orang-orang yang baik dan rendah hati.

Semoga Allah SWT menjadikan kita generasi muslim yang dapat membawa Islam ke seluruh penjuru dunia dan semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk mengatasi semua kesulitan dalam mengejar ridho-Nya. Amin. (rz)


Sumber:

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.