Type Here to Get Search Results !

Istri Cantik, Pentingkah?


Saya yakin, banyak laki-laki di dunia ini yang amat sangat mementingkan kecantikan calon istrinya. Gadis cantik sudah biasa dikejar-kejar laki-laki dimana-mana. Apakah itu normal? Saya yakin, banyak yang menjawab normal. Justru tidak normal kalau laki-laki tidak tertarik gadis cantik. Namun, apakah “cantik” itu memang penting sekali bagi laki-laki? Kalau memang penting, seberapa penting?

Tidak perlu bohong, masa muda saya pun dalam kondisi demikian, normal. Ingin punya istri yang secantik-cantiknya. Kira-kira yang secantik Angie Chiu atau Idy Chan lah. Mungkin karena waktu itu idolanya masih import dari budaya asing. Selain itu, keinginan “normal” ini juga banyak dipropagandakan dalam film-film, sinetron, dan lagu-lagu cinta yang tanpa bisa kita bendung, telah menginvasi alam pikiran dan perasaan generasi Islam.

Tidak percaya? Coba saja sekarang bertanya kepada anak muda (juga boleh lah bertanya kepada orang yang sudah tua). Calon istri seperti apakah yang ia inginkan? Adakah yang menjawab ingin mempunyai istri yang seperti Khadijah RA, atau seperti Aisyah RA? Kalau ada, pasti langka.

Sebagai generasi Islam tentu kita jangan ikut terbawa arus budaya asing yang tidak benar. Islam punya aturan tersendiri dalam menentukan kriteria calon istri yang baik.

Calon Istri Idaman Sesuai Tuntunan Islam

Kalau kita mengaku Islam, tentu harus total. Jangan hanya mengaku Islam tapi idola saja masih import. Memangnya Islam tidak punya sosok yang patut diidolakan?

Rasulullah SAW bersabda :
“Wanita itu  dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya,  karena  kecantikannya,  dan  karena  agamanya. Utamakanlah karena agamanya, niscaya engkau akan beruntung.”
(Muttafaq ‘alayhi)

Dalam hadits tersebut, Rasulullah menasihatkan kepada kita untuk mengutamakan faktor agama, dalam kata lain, agama adalah nomor satu. Agama yang dimaksud di sini tentu bukan sekedar “mengaku Islam” tapi adalah keterikatannya terhadap syariah Islam. Faktor-faktor lain selain agama adalah pertimbangan berikutnya setelah faktor agama.

Indikasi seseorang terikat atau tidak dengan syariah Islam itu bisa dicari. Dari yang mudah nampak sampai yang kurang begitu nampak sehingga perlu “penyelidikan” terlebih dahulu. Salah satu yang nampak dan mudah diketahui adalah apakah perempuan tersebut berbusana muslimah atau tidak. Jika seorang perempuan tidak berkerudung, tidak berjilbab, maka bisa kita pastikan bahwa perempuan itu tingkat keterikatannya terhadap syariah rendah, sehingga tentu sebaiknya jangan dipilih.

Dalam hadits lain disebutkan :

Diriwayatkan dari Jâbir bahwa Nabi  SAW pernah bersabda kepadanya:
“Wahai Jabir, engkau mengawini seorang gadis atau janda?” Jabir menjawab, “Janda.” Nabi SAW lantas bersabda: “Mengapa engkau tidak mengawini wanita yang masih gadis agar engkau bisa bermain-main dengannya dan  ia pun  dapat bermain-main denganmu?”
(Muttafaq ‘alayhi)

Dalam hadits tersebut Rasulullah memerintahkan kita untuk menikahi perempuan yang masih gadis, bukan janda. Oleh karena itu, lebih utama jika kita menikahi perempuan yang masih gadis, walaupun menikahi janda bukan berarti haram.

Ma‘qil ibn Yasâr menuturkan:
“Seorang laki-laki pernah datang menghadap Nabi SAW, lalu ia berkata:  “Aku  berniat  untuk  mengawini  seorang  wanita berketurunan  baik  lagi cantik,  tetapi ia mandul. Bolehkah  aku mengawininya?” Nabi  SAW  menjawab: “Tidak.” Lalu ia datang untuk kedua kalinya, dan beliau tetap melarangnya. Kemudian ia datang untuk ketiga kalinya, lantas Nabi SAW bersabda: “Kawinilah oleh  kalian  wanita  penyayang  lagi  subur,  karena  aku  akan membanggakan banyaknya jumlah kalian.” (HR Abû Dâwud).

Dalam hadist tersebut Rasulullah memerintahkan kita untuk menikahi perempuan yang subur/bisa berketurunan. Bukan perempuan yang mandul, walaupun cantik.

Dengan demikian, perempuan yang baik untuk kita nikahi adalah perempuan yang :

  • Baik agamanya.
  • Gadis/perawan (bukan janda).
  • Subur (bisa berketurunan).
  • Cantik, sehingga dapat memelihara kita dari dosa.
  • Bergaris keturunan yang baik (berlatar belakang keluarga yang memiliki pangkal keutamaan, ketakwaan, dan kemuliaan).

Walau demikian, kelima hal yang disebutkan di atas bukanlah sebuah kewajiban. Tetapi merupakan anjuran, yang tentu baik bagi kita.

Setelah kita baca uraian di atas, kita menjadi paham bahwa kecantikan bukanlah segala-galanya. Kecantikan hanya salah satu faktor yang memang perlu diperhatikan, tetapi itu bukan faktor utama. Kecantikan hanyalah faktor pendukung saja.

Oleh karena itu, jangan mudah terpesona gara-gara melihat perempuan cantik. Nilai dulu agamanya. Pahami, resapi, dan klik-kan dengan “jiwa” kita. Sampai pada level kita “tidak tertarik” dengan perempuan yang secantik apapun jika agamanya tidak baik. Ingat ya, sampai level tidak tertarik.

Saya pun mencoba untuk melakukannya. Memang awalnya tentu tidak mudah. Tetapi seiring dengan perjalanan waktu dan berbagai situasi yang mendukung (lingkungan ke-Islaman yang baik), itu pasti bisa.  Sampai saya sendiri pun akhirnya lupa bahwa saya pernah punya keinginan punya istri yang secantik Angie Chiu. Sekarang, entah mengapa, saya mendadak ingat. Dan setelah saya pikir-pikir,  Loh, istriku ternyata memang mirip Angie Chiu yah? Tapi jilbaban ;)  He he he…


Materi Bersambung...



Penulis: Farid Ma’ruf
Sumber: www.faridmaruf.wordpress.com

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.