Type Here to Get Search Results !

Keutamaan Memelihara Ukhwah Islamiyah



إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا۟ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Firman Allah SWT, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (al-Hujurat Ayat 10).

Berkaitan ayat di atas, Imam Ali as-Sabuni dalam Safwah at-Tafasir antara lain menyatakan bahawa hanya antara sesama Muslim saja persaudaraan itu wujud, bukan antara Muslim dan orang kafir. Persaudaraan atas faktor keimanan adalah jauh lebih kuat daripada persaudaraan atas faktor hubungan darah. Hal ini adalah sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah SAW,

“Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain.” (HR al-Hakim).

Rasulullah SAW juga bersabda,
“Perumpamaan kaum Mukmin itu dalam hal kasih sayang, sikap kasih mengasihi dan lemah lembut mereka adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan merasakan panas dan demam.” (HR Abu Dawud).

Baginda Rasulullah SAW juga pernah bersabda, sebagaimana yang dikatakan oleh Bara’ Bin ‘Azib,

“Baginda Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kami tujuh perkara dan melarang kami daripada tujuh perkara. Beliau memerintahkan kami agar menziarahi orang sakit, mengiringi jenazah (ke kuburan), mendoakan orang yang bersin, membenarkan sumpah, menolong orang yang dizalimi, memenuhi undangan, dan menyebarkan salam...” (HR al-Baihaqi).

Malah dengan sekadar mengunjungi seseorang Muslim, perkara tersebut merupakan antara amal perbuatan yang sangat dipuji. Tsauban menyatakan bahawa Rasulullah SAW pernah bersabda,

“Sesungguhnya seorang Muslim itu jika dia mengunjungi saudaranya, berarti selama itu ia berada di taman surga.” (HR Muslim).

Ali ra mengatakan bahawa Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Tidaklah seorang Muslim mengunjungi Muslim yang lain pada pagi hari, melainkan seribu malaikat akan mendoakan bagi dirinya sehingga ke petang hari. Jika ia mengunjungi Muslim yang lain pada siang hari, seribu malaikat akan mendoakannya sehingga ke pagi hari.” (HR at-Tirmidzi).

Oleh kerananya kita sesama Muslim mempunyai hubungan saudara, maka haram bagi kita untuk saling mencela, menyakiti, apalagi saling membunuh. 

Baginda Rasulullah SAW bersabda,
“Mencela seorang Muslim adalah kefasikan, sementara membunuhnya adalah kekufuran.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Haram pula di antara sesama Mukmin untuk saling menzalimi dan saling tidak mengambil peduli. Sebaliknya, mereka wajib untuk saling membantu dan tolong-menolong dengan berusaha sedaya yang mungkin untuk menghilangkan kesulitan serta menutup aib saudaranya. Rasulullah SAW pernah bersabda, sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Umar,

“Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak boleh menzalimi dan tidak boleh membiarkan (dizalimi). Barangsiapa yang menghilangkan suatu kesulitan pada seorang Muslim, maka Allah SWT akan menghilangkan kesulitan bagi dirinya dalam berbagai kesulitan pada Hari Kiamat kelak. Barangsiapa yang menutupi aib seorang Muslim, Allah pasti akan menutup aibnya pada Hari Kiamat kelak.” (Muttafaq a’laih).

Rasulullah SAW juga pernah bersabda, sebagaimana dinyatakan oleh Abu Hurairah ra,

“Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak boleh saling mengkhianati, saling mendustakan dan saling menghinakan. Setiap Muslim adalah haram bagi Muslim yang lain dalam hal (mengambil) kehormatan, harta dan darahnya.” (HR at-Tirmidzi).

Bahkan dalam sebuah hadits qudsi, dinyatakan bahawa sikap tidak peduli seorang Muslim terhadap Muslim yang lain adalah seolah-olah sama seperti tidak memperdulikan Allah SWT. Abu Hurairah ra mengatakan bahawa Rasululullah SAW pernah bersabda,

“Sesungguhnya Allah SWT berkata pada Hari Kiamat kelak, “Wahai manusia, Aku pernah sakit. Mengapa engkau tidak menjenguk Aku.” Manusia menjawab, “Tuhanku, bagaimana aku menjenguk Engkau, sedangkan Engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah SWT berkata, “Bukankah engkau dahulu mengetahui bahawa hambaKu si fulan pernah sakit di dunia, tetapi engkau tidak menjenguknya? Bukankah engkau pun mengetahui, jika engkau menjenguknya engkau akan mendapati diriKu di sisinya?”. “Wahai manusia, Aku pernah meminta makan kepada engkau di dunia, tetapi engkau tidak memberi Aku makan.” Manusia menjawab, “Tuhanku, bagaimana aku memberi Engkau makan, sedangkan Engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah SWT menjawab, “Bukankah engkau mengetahui bahawa hambaKu pernah meminta makan kepada engkau, tetapi engkau tidak memberi dia makan? Bukankah jika engkau memberi dia makan, engkau mendapati diriKu ada di situ?”. “Wahai manusia, Aku pernah meminta minum kepada engkau, tetapi engkau tidak memberi Aku minum?” Manusia berkata, “Tuhanku, bagaimana aku memberi Engkau minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah SWT menjawab, “Bukankah engkau mengetahui, hambaKu pernah meminta minum kepada engkau di dunia, tetapi engkau tidak memberi dia minum? Bukankah jika engkau memberi dia minum, engkau mendapati diriKu ada di situ?” (HR Muslim).

Rasulullah pernah bersabda,
“Tolonglah saudaramu, baik yang melakukan kezaliman mahupun yang dizalimi.” Seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, saya menolongnya jika ia dizalimi. Lalu bagaimana pula saya harus menolong orang yang melakukan kezaliman?” Rasul menjawab, “Cegahlah dia daripada melakukan zalim. Itulah bentuk pertolongan kamu kepadanya.” (HR al-Bukhari).

Apa yang pasti, persaudaraan Islam (ukhwah Islamiyah) itu bersifat global dan tidak pernah mengenal perbezaan etnik, suku, bangsa, bahasa apatah lagi sempadan daerah, wilayah, negara mahupun benua. Selagimana seseorang itu mengucap kalimah syahadah dan berstatus Muslim, maka adalah wajib untuk kita saling memenuhi hak sesama Muslim dan saling memelihara hubungan persaudaraan yang telah diikat melalui aqidah Islamiyah mengatasi segala ikatan hubungan lain yang ada.
Wallahu a'lam.



Sumber: mykhilafah.com

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.