Type Here to Get Search Results !

Upah Hati Tari Eksperimental





          Pesona romantika like dinner ditengah perkotaan, menceritakan curhatan bagai kotak kritik dan saran. Entah apa jawaban yang akan dia berikan, yang terpenting sudah di ungkapkan. Seperti itulah curhatan, tidak dapatkan solusi yang pentingkan sudah di ungkapkan. Sebagian dari kami sulit mendengarkan jawaban nawacita, perut kenyang, pala pening mabok kepayang.

Teringat meme klinik tong feng 6 bulan setia menahan sakit di perut demi mengantri mendapatkan pelayanan, pembantu partai. Konsultasi demi konsultasi di dengarkan tak banyak tahu yang di aminkan. jangan salahkan kami penyoalan pertemuan, kami bukan intelektual kami pelajar akademis yang hanya minta bantuan penyoalan perkuliahan.

“Sedari dulu cinta kami sudah dirajut, kemesrahan ruangan tamu sampai menyiangi makan. Romantiskan? Sudahlah kalian irikan dengan tersebarnya foto selfi with kesayangan”. Hihi...

Kalian kok semua tegang di foto, primitif, baru lihat kamera ya.. dungu dan maksa. Kalau tidak bisa kasih solusi jangan maksa, kalian hanya terjual atasnama kampus. Hati pinky-pinky tidak akan merubah apapun, hanya hati merah menyalah yang siap menyapu.

Rakyat dalam tekanan itu lebih berkuasa, ditindas, direndahkan mungkin sudah biasa. Tapi ini pahit dud.. kami berjuang sendiri menjajakan apa saja yang bisa dijual, kalian pikir kami hidup dari meja curhatan, kami menjual harga diri hanya untuk bertahan hidup, hak kami sudah dirampas dan sekarangan garda terdepan kami rela melepaskan diri.

Kalian salah jalan, langkah kalian jejak kemunafikan. Kepala besar memang bergerak tanpa berfikir, teringat kalau kalian bukan seorang intelektual. Salah kita pula mendelegasikan orang-orang yang polos dalam pendidikan.

“mak mau izin pergi kejakarta, siapa tahu ketemu persiden. bisa jadi orang sukses, bikin bangga sekeluarga”.

Mengempis, tipis, Ibarat bulu ketek sekali kecukur langsung habis. Sudah-sudah ini tulisan tidak ada kualitasnya hanya perkataan yang tidak ada manfaatnya, maklum ini hasil produk kekecewaan saja, curhatan saja, tidak lebih dari daki bocah narsis, eksisis.

Gonggongan culas mulut kosong sampai monyong-monyongan, mengatasnamakan mahasiswa, kaum intelek, berpendidkan, pintar dalam bidang tertentu dan sebagainya. Berlapiskan topeng atau bermuka dua, periksa kembali keklinik itu dilahirkan dengan berapa jenis kelamin kalian.

Mohon ma’af jika kritik dan tidak ada saran saya, yang membangunkan kalian dari mimpi dan tidur nyenyaknya.


Penulis: Jaunk

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.