Type Here to Get Search Results !

Bahaya Ikhtilath Menurut Hukum Islam



Apakah Itu Ikhtilath ?

Ikhtilath berarti bertemunya lelaki dan perempuan (yang bukan mahramnya) di suatu tempat secara bercampur-baur dan terjadinya interaksi di antara lelaki dan wanita itu (seperti berbicara, bersentuhan, berdesak-desakan, dll). (Said Al Qahthani, Al Ikhtilat, hlm. 7).

Contoh lain bagi ikhtilat, misalnya para penumpang lelaki dan perempuan yang berada dalam satu gerbong keretapi yang sama secara berdesakan-desakan. Jika seseorang pernah menaiki angkutan umum seperti LRT dan KTM pada waktu sibuk (masa berkerja dan pulang dari kerja), sangat mungkin baginya untuk terjebak dalam ikhtilat. Kerana dalam keretapi itu para penumpang lelaki dan perempuan berada dalam gerbong yang sama dan saling berdesak-desakan satu sama lain.

Contoh ikhtilat lainnya, para penumpang lelaki dan perempuan di dalam bus atau angkot. Pada waktu-waktu yang sibuk, para penumpang itu pasti akan berdesak-desakan. Keadaan seperti itu disebut ikhtilat. Contoh lainnya, misalnya di sebuah restoran, ada satu meja yang mana terdapat lelaki dan perempuan yang bukan mahram, mereka makan dan berbincang bersama. Ini juga merupakan ikhtilat.

Ikhtilat hukumnya haram dan berdosa menurut syariah (Hukum Islam), meskipun kaum muslimin banyak yang melakukannya. Mungkin itu disebabkan oleh ketidaktahuan (ignorance) mereka terhadap hukum Islam, atau mungkin disebabkan oleh terpengaruh dengan gaya hidup kaum kafir dari Barat yang serba boleh, serta tidak memperdulikan halal haram.

Di samping haram, ikhtilat juga berbahaya, ini kerana ia mudah menjadi jalan untuk kemaksiatan-kemaksiatan lain yang merusak akhlak, seperti memandang aurat, terjadinya pelecehan seksual, terjadinya perzinaan, dan sebagainya.

Banyak kitab karya para ulama yang khusus menerangkan bahaya-bahaya ikhtilat itu, seperti :

  1. kitab Khuthurah Al Ikhtilath (Bahaya Ikhtlath), karya Syaikh Nada Abu Ahmad.
  2. kitab Al Ikhtilath Ashlus Syarr fi Dimaar Al Umam wal Usar (Ikhtilat Sumber Keburukan bagi Kehancuran Berbagai Umat dan Keluarga), karya Syaikh Abu Nashr Al Imam, dan.
  3. kitab Al Ikhtilath wa Khatruhu ‘Alal Fardi wal Mujtama’ (Ikhtilat : Bahayanya Bagi Individu dan Masyarakat), karya Syaikh Nashr Ahmad As Suhaji, dan sebagainya.


Kriteria Ikhtilat dan Keharamannya

Seperti yang dijelaskan di awal artikel, pengertian ikhtilat adalah bertemunya lelaki dan perempuan di suatu tempat secara bercampur baur dan terjadi interaksi di antara lelaki dan wanita itu. Maka berdasarkan pengertian ikhtilat itu, suatu pertemuan antara lelaki dan peremuan baru disebut ikhtilat jika memenuhi dua kriteria secara bersamaan, yaitu :

  • Pertama, adanya pertemuan (ijtima’) antara lelaki dan perempuan di satu tempat yang sama, misalnya di ruang kereta yang yang sama, di ruang yang sama, di dalam bus yang sama, rumah yang sama, dan seterusnya. 
  • Kedua, terjadi interaksi (ittishal, khilthah) antara lelaki dan perempuan, misalnya berbicara, saling menyentuh, berdesakan, dan sebagainya.

Jika perempuan dan lelaki duduk berdampingan di dalam sebuah bus, tapi tidak terjadi interaksi apapun, maka keadaan itu tidak disebut ikhtilat (hukumnya tidak mengapa). Tapi jika di antara mereka lalu terjadi interaksi, misalnya perbincangan, berkenalan, dan seterusnya, maka barulah keadaan ini disebut ikhtilat (haram hukumnya). Sebaliknya jika di antara lelaki dan perempuan terjadi interaksi, misalnya berbicara, tapi melalui telefon, maka situasi ini tidak disebut ikhtilat kerana mereka tidak berada di satu tempat atau tidak terjadi pertemuan (ijtima’) di antara keduanya.

Maka, yang disebut sebagai ikhtilat itu mestilah memenuhi 2 (dua) kriteria secara bersamaan, yaitu :

  1. Adanya pertemuan antara lelaki dan perempuan (yang bukan mahramnya) di suatu tempat, dan.
  2. Terjadi interaksi di antara lelaki dan perempuan itu.

Mengapa ikhtilat diharamkan? Ini kerana ikhtilat melanggar perintah syariah untuk menerapkan batasan-batasan, yaitu keterpisahan antara kaum laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan Islami yang dicontohkan dan diperintahkan oleh Rasulullah SAW di Madinah dahulu, kaum lelaki dan perempuan wajib dipisahkan dalam kehidupan, tidak boleh bercampur baur. Misalnya, dalam shalat jamaah di masjid, shaf (barisan) lelaki dan perempuan diatur secara terpisah, yaitu shaf lelaki di hadapan dengan imam, sedang shaf perempuan berada di belakang shaf laki-laki. Demikian pula setelah selesai shalat jamaah di masjid, Rasulullah SAW mengatur agar jamaah perempuan keluar masjid lebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh jamaah laki-laki. Pada saat Rasulullah SAW menyampaikan ajaran Islam di masjid, laki-laki dan perempuan juga terpisah. Ada kalanya terpisah secara waktu (hari pengajiannya berbeda), ada kalanya terpisah secara tempat. Iaitu jamaah perempuan berada di belakang jamaah lelaki, atau kadang-kadang jamaah perempuan diatur terletak di samping jamaah lelaki.

Namun demikian, ada pengecualian. Dalam kehidupan umum, seperti di pasar, hospital, masjid, sekolah, jalan raya, lapangan, kebun, dan sebagainya, lelaki dan perempuan dibolehkan melakukan ikhtilat, dengan 2 (dua) syarat, iaitu ;

  • Pertama, pertemuan yang terjadi antara lelaki dan perempuan itu untuk melakukan perbuatan yang dibolehkan syariah, seperti aktiviti berjual beli, belajar, mengajar, merawat orang sakit, pengajian di masjid, melakukan ibadah haji, dan sebagainya.


  • Kedua, aktivitas yang dilakukan itu memestikan terjadinya pertemuan antara lelaki dan perempuan. Jika tidak ada kemestian terhadap pertemuan antara lelaki dan perempuan, hukumnya tetap tidak boleh. Sebagai contoh ikhtilat yang dibolehkan, adalah urusan jual beli. Misalnya, si penjualnya adalah seorang perempuan, dan pembelinya adalah seorang lelaki. Dalam keadaan seperti ini, boleh berlaku ikhtilat antara perempuan dan lelaki itu, agar terjadi akad jual beli antara penjual dan pembeli. Hal ini berbeda dengan aktivitas yang tidak mengharuskan pertemuan lelaki dan perempuan. Misalnya makan di restoran. Makan di restoran dapat dilakukan sendirian oleh seorang lelaki, atau sendirian oleh seorang perempuan. Tidak terdapat kemestian untuk terjadinya pertemuan antara lelaki dan perempuan supaya boleh makan di restoren. Maka hukumnya tetap haram seorang lelaki dan perempuan berjanji-temu untuk bertemu dan makan bersama di restoran.

Perlu diperhatikan juga, di samping dua syarat di atas, tentunya para lelaki dan perempuan wajib mematuhi hukum-hukum syariah lainnya dalam kehidupan umum, misalnya kewajiban menundukkan pandangan (ghaddhul bashar), yaitu tidak memandang aurat (TMQ An Nuur : 30-31), kewajiban berbusana muslimah, yaitu memaki hijab (TMQ An Nuur : 31) dan jilbab atau tsaub (TMQ Al Ahzaab : 59), keharaman berkhalwat (berdua-duaan dengan lain jenis) (HR Ahmad), dan sebagainya.

Bahaya-Bahaya Ikhtilat

Sesungguhnya ikhtilat adalah jalan yang memudahkan terjadinya berbagai kemaksiatan. Antara lain :
  • Terjadinya khalwat, yaitu lelaki yang berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya.

Sabda Rasulullah SAW,”Janganlah sekali-kali seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan, kerana yang ketiganya adalah syaitan.” (HR Ahmad)

  • Terjadinya pelecehan seksual, seperti persentuhan antara lelaki dan perempuan bukan mahram, dan sebagainya.

Rasulullah SAW pernah bersabda,”Kedua mata zinanya adalah memandang (yang haram), kedua telinga zinanya adalah mendengar (yang haram), lidah zinanya adalah berbicara (yang haram), tangan zinanya adalah menyentuh (yang haram), dan kaki zinanya adalah melangkah (kepada yang haram).” (HR Muslim).

Rasulullah SAW juga melarang lelaki dan perempuan berdesak-desakan. Maka dari itu pada masa Rasulullah SAW kaum perempuan keluar masjid lebih dulu setelah selesai shalat, barulah lelaki. (HR Bukhari, no 866 & 870).

  • Terjadinya perzinaan, yang diawali dengan ikhtilat.

Imam Ibnul Qayyim pernah berkata dalam kitabnya At Thuruqul Hukmiyyah,”Ikhtilat antara lelaki dan perempuan, adalah sebab terjadinya banyak perbuatan keji (katsratul fawahisy) dan merajalelanya zina (intisyar az zina).”

Dan yang lebih mengerikan lagi, jika zina sudah merajalela di suatu negeri, maka akan terjadi kerusakan atau bencana umum bagi sebuah negeri.

Sabda Rasulullah SAW,”Tidaklah merajalela perbuatan zina di suatu kaum, kecuali kematian pun akan merajalela di tengah kaum itu.” (HR Ahmad, dari ‘A`isyah RA).

Maka dari itu, jelaslah ikhtilat adalah perbuatan buruk yang wajib kita jauhi. Jika tidak, berbagai kemaksiatan akan terjadi, dan bahayanya pun akan merajalela pula di tengah-tengah umat Islam. Nauzhu billah min dzalik.




Oleh : KH. M. Shiddiq Al Jawi

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.