Type Here to Get Search Results !

Proses Keimanan ( Proses Keimanan 1 )


          Iman adalah isi hati, tingkah laku, perbuatan yang kita lakukan berdasarkan rasa yakini dan percaya. Iman dalam islam berarti yakin dan percaya kepada Allah tuhan semesta alam, Nabi Muhammad, dan mengamalkan semua ajaran islam. Untuk mendapatkan keimanan yang bersih dan jernih beberapa ini adalah prosesnya :

(أَفَلاَ يَنْظُرُوْنَ إِلَى اْلإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17

 (وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18

(وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19

(وَإِلَى اْلأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20

“ Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?” (QS Al Ghasyiyah: 17-20)

Uqdatul Kubro

          Di saat manusia beranjak dewasa yang ditandai oleh kesempurnaan akalnya, maka semenjak itu ia mulai berpikir tentang keberadaanNya di dunia ini. Ia mulai berpikir tentang beberapa pertanyaan mendasar yang sangat perlu, bahkan harus ia jawab. Jawaban tersebut akan menjadi landasan kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Selama masalah ini belum terjawab, selama itu pula manusia seolah tersesat tanpa tujuan jelas dan tidak akan berjalan di dunia ini dengan tenang. Karena sifatnya yang demikian beberapa pertanyaan pokok dan mendasar ini sering disebut sebagai Uqdatul Kubro (masalah atau simpul yang sangat besar).




Pertanyaan mendasar tersebut berupa :


>Dari manakah manusia dan kehidupan ini ?


>Untuk apa manusia dan kehidupan ini ada ?


>Akan kemana manusia dan kehidupan setelah ini ?




Bila pertanyaan ini terjawab maka seseorang akan memiliki landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupannya, terlepas dari jawabannya benar atau salah. Selanjutnya ia berjalan di dunia ini dengan landasan tersebut, berekonomi dan berbudaya berdasar landasan itu, bahkan ia akan mengajak orang dan kaum lain agar mengikuti landasan tersebut.

Seseorang atau suatu kaum yang menyelesaikan uqdatul kubra dengan jawaban :
“kehidupan dunia ini ada dengan sendirinya, manusia berasal dari tanah atau materi dan kelak akan kembali lagi menjadi materi atau benda, sehingga manusia hidup untuk mencari kebahagiaan materi selama ia mampu hidup”
Maka mereka akan hidup dengan aturan yang dibuatnya sendiri, dengan standar baik-buruk yang ia kehendaki. Mereka akan berbudaya, berekonomi dan berpolitik untuk mencapai kebahagiaan material, selama mereka mampu hidup. Orang dan kaum seperti ini tidak meyakini adanya hal ghaib (ruh, akhirat, pahala-dosa dan sebagainya). Mereka percaya segalanya materi belaka.

Sementara itu seseorang atau suatu kaum yang menjawab :
“dibalik alam dan kehidupan ini ada Sang Pencipta, yang mengadakan seluruh alam, termasuk dirinya, memberi tugas atau amanah kehidupan pada manusia dan kelak ada kehidupan lain setelah dunia ini, yang akan menghisab seluruh perbuatannya di dunia”
Maka mereka akan hidup, berekonomi, berbudaya, berpolitik dan berinteraksi dengan kaum lain, berdasarkan aturan Penciptanya. Standar baik-buruk berdasarkan aturan Sang Pencipta, dan sekaligus menjadi standar amal yang harus ia pertanggungjawabkannya di hadapan Sang Pencipta.

Demikian gambaran ringkas tentang landasan kehidupan seseorang atau suatu kaum, yang sekaligus merupakan jawaban uqdatul kubro manusia. Tetapi bagaimana jawaban yang benar terhadap masalah ini?

Pemecahan Shohih Uqdatul Kubro
Dengan berbagai upaya, manusia mencoba mencari jawaban tersebut melalui segala hal yang dapat dijangkau akalnya. Karena segala hal yang dapat dijangkau akal manusia, tidak lepas dari
(1) alam semesta (al kaun)
(2) manusia (al insan)
(3) kehidupan (al hayaah)

Maka ketiga hal inilah yang dijadikan obyek atau media berpikir untuk mencari jawaban yang dimaksud.

Pemecahan yang benar terhadap masalah ini tidak akan terbentuk kecuali dengan pemikiran yang jernih dan menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan serta hubungan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan dunia ini. Islam telah memberi jawaban melalui proses berpikir yang jernih, menyeluruh, benar, sesuai dengan akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia.

_______________________________________

>>Proses Keimanan masih berlanjut ke "Prosespencarian keshahihan dari uqdatul qubra"